"Kenapa ngga tetap di Jakarta aja, aku rasa lebih baik menggunakan kemampuanmu di sana, itu bisa lebih di butuhkan"
Wanita itu tertawa pelan, sejenak berhenti dari kegiatan nya yang tengah merapihkan buku bukunya, menyusunya dengan rapih di dalam rak.
"Disini aku mungkin bisa lebih di butuhkan" Jawabnya, fokus nya beralih pada lemari pakaian yang masih kosong, yang sebentar lagi akan terisi oleh baju-bajunya.
"Sayang sekali, padahal hidup kamu sudah menjanjikan disana, apa mau coba jadi rakyat biasa" lagi, ucapan suatu wanita lain yang tadi bertanya membuat dia tertawa.
"Baiklah, anggap saja begitu" dan dia menjawab dengan santai lagi.
"Tapi aku rasa ini cuman alibi saja kan, bilang saja mau menghindari luka akibat patah hati yang di sebabkan David"
Seketika itu, tangan yang semula bergerak memegang pakaian yang akan ia susun kedalam lemari menjadi terhenti, Nama itu kenapa tidak bisa hilang dari hidupnya.
Matanya bergerak menoleh pelan menatap Feni, "Mungkin juga begitu, kamu tau sekeras apa aku mau lupain dia" Jawabnya, helaan nafas pelan keluar kala sesak itu kembali hadir.
David, bisakah Gracia bunuh saja dia.
"Kalau begitu keputusanmu datang kesini sudah tepat, hanya saja mungkin kamu ngga akan nemuin jodoh, di desa kecil ini, ngga akan ada yang masuk kedalam tipe kamu, semua orang disini bekerja sebagai petani, kamu ngga akan mungkin mau"
Maka setelah itu kekehan kecil keluar dari mulut Gracia kala mendegar ucapan Feni, wanita berusia 25 tahun itu, teman kuliahnya dulu, juga kini teman satu profesinya sebagian seorang dokter.
"Bisa saja, kalau dia lebih keren dari David, petani juga pekerjaan yang bagus kenapa ngga?"
"Oohh, kamu mau jadi gadis desa yang setiap jam makan siang datang ke sawah untuk mengantarkan makanan, wajahmu tidak cocok Gre"
"Terlalu cantik begitu?"
"Aku malas, tapi yah itu kenyataannya"
"Hahaha, sudah lagian aku juga ngga niat nyari jodoh, mungkin ngga akan nikah juga, laki-laki mana yang bisa aku percaya lagi Fen"
Feni mengangguk sekali, namun dia tidak setuju dengan itu, bagaimanpun temannya ini pasti akan menikah suatu saat nanti.
"Yah, kamu bisa bilang begitu sekarang, tapi ngga tau nanti kan, ingat manusia memerlukan seseorang, kita ngga akan bisa hidup sendiri"
"Oke, tapi jika sendiri bisa membuat kita terhindar dari rasa kecewa, kenapa milih buat berdua"
"Masih trauma ternyata, gapapa sembuh saja dulu, nanti baru bangkit lagi kalau begitu"
"Yah, aku harap bisa"
Rapih sudah, kini kediaman yang akan ia tempati selama ia tinggal disini sudah rapih.
*******
.
.
.Shania Gracia harlan, Dokter muda berusia dua puluh lima tahun, Wanita cantik yang terpaksa pergi meninggalkan tempat tinggal, Karier, juga keluarga yang di cintai nya.
Benar kata Feni, kedatangannya kesini bukan sertamerta ingin mengabdikan diri di tempat kecil ini, alasannya adalah, dia tengah melarikan diri.
Dari siapa?
David Hartawan, Laki-laki yang menjadi cinta pertama dan mungkin terakhir dalam hidup Gracia.
Menjalin hubungan saat sma hingga sama-sama menempuh pendidikan kedokteran di Amerika, hubungan yang berlangsung sangat lama itu terpaksa berakhir tepat enam bulan yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Xavier"
Fanfiction"ceritakan tentang masalalumu?" "apakah itu penting?" "Yah, aku ingin tau" "jika tidak bisa" "maka mungkin kita tidak akan berjalan jauh" "Baiklah seperti itu lebih baik"