"Nio, kenapa kau meninggalkanku?"
Novalio tercekat, bagaimana Herza tau kalau sosok anak kecil bernama Nio itu adalah dirinya?
Sejak Herza memulai kisahnya, ia mulai merasakan sesuatu yang aneh, ia seperti dibawa masuk ke dalam cerita itu, menjadi sosok anak kecil yang Herza temui. Sesampainya pada tahap perkenalan, barulah Novalio menyadari kalau itu adalah kisahnya juga. Memori singkat hidupnya bersama seseorang yang ia anggap sebagai malaikatnya.
Sepanjang cerita, ia berusaha menahan tangis haru nya. Ia masih tidak menyangka dipertemukan kembali dengan sosok malaikat itu. Tapi ia ragu kalau Herza akan mengenalinya. 17 tahun bukanlah waktu yang sebentar, banyak hal telah berubah, ia bahkan tidak akan mengenali Herza adalah Dharma jika cerita itu tidak pernah dimulai.
"Herza, ba-bagaimana kau tahu?"
Herza kemudian tersenyum. Ia tatap dengan lekat wajah Novalio, air mata mulai menggenang di kedua pelupuk matanya.
"Aku ingat betul bagaimana rupa anak cengeng itu. Aku yang mengusap air mata dan ingusnya terakhir kali." Herza melakukan hal yang sama seperti yang dulu ia lakukan, mengusap air mata Novalio yang jatuh dengan lembut.
"Aku tahu berapa banyak tahi lalat yang ia miliki sekaligus dengan posisinya." Herza lalu menyentuh tahi lalat Novalio yang berada di bawah mata, kemudian di area hidung, dan terakhir di area filtrum sebelah kanannya. Ia mengecup ketiga area itu dengan lembut.
"Kau ingat permintaanmu itu? Kau ingin aku menjadi kakakmu kan? Sayang sekali kau gagal, kau masih saja cengeng sampai sekarang." Herza mencubit gemas hidung mancung bak perosotan milik Novalio.
Herza bangkit untuk duduk, ia membantu Novalio memperbaiki posisinya agar bisa memeluknya dengan proper. Tapi Novalio beralih ke pangkuan Herza, ia memeluk leher jenjang itu sambil menangis.
"Meskipun kita hanya bertemu tiga kali, tapi ikatan kita sudah terbentuk. Hal itu juga yang mungkin membuatku tidak bisa menyukai orang lain, tidak tertarik pada siapa pun karena aku selalu mengharapkanmu untuk kembali.
Aku selalu bertanya-tanya, bagaimana anak kecil itu sekarang? Apa dia hidup dengan baik? Apa dia bisa bertahan melewati hari-harinya? Bagaimana rupanya saat ia dewasa nanti? Aku sangat ingin tahu hal itu.
Apa aku berusaha mencarimu? Ya, aku melakukannya. Tapi itu sangat sulit karena aku hanya tahu namamu. Saat kita dipertemukan kembali hari itu, aku tidak begitu memperhatikanmu, bahkan mungkin aku tidak peduli. Aku hanya menganggapmu orang asing yang tiba-tiba masuk ke dalam kehidupanku karena kecelakaan.
Saat aku melihat wajahmu dengan seksama, aku melihat tanda ini. Mole yang sama yang dimiliki olehnya. Aku tetap tidak percaya, bisa saja orang lain memiliki mole yang sama. Tapi perasaan deja vu muncul saat kita makan nasi uduk malam itu. Caramu yang memaksaku untuk mencoba nasi uduk itu sama seperti dia yang memaksaku mencicipi es krimnya.
Sejak saat itu aku mulai memperhatikanmu. Aku mencari-cari alasan mengapa kau begitu menarik perhatianku padahal kita tidak sering berinteraksi. Hingga Papi mengingatkanku tentang takdir. Timbul pertanyaan dalam benakku, bagaimana kalau kalian orang yang sama? Dilihat dari cara kalian yang berhasil menarik perhatianku meskipun tanpa berusaha.
Aku ingin mencari jawabannya, tapi situasinya tidak tepat. Dan sekarang, waktunya sangat tepat dan aku sudah menemukan jawaban atas semua pertanyaanku selama ini. Kau adalah Nio si bocah cengeng yang sangat menyukai es krim. Akhirnya aku percaya pada takdir, kita memang ditakdirkan untuk bersama, Nio. Kali ini aku tidak akan membiarkanmu pergi dariku. Kau akan selalu berada di sisiku, dan kita akan hidup bahagia bersama, selamanya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Mate - Hyuckno [End] ✅
FanfictionBerawal dari sebuah insiden hingga cinta yang tumbuh karena terbiasa. Hehehe gak pinter bikin deskripsi, langsung cus baca aja BxB ya gaes Mpreg 21+ Banyak mengandung konten sensitif🙏🏻 ???? Omegaverse (ini versi aku ya, jadi mohon maaf kalau gak...