25

2.6K 173 80
                                    

Herza yang baru saja kembali dari membeli sarapan dikejutkan oleh para perawat yang berlarian menuju kamar Novalio. Sontak ia ikut berlari panik karena takut terjadi apa-apa pada Novalio.

Saat ia masuk, para perawat itu sedang mencoba menenangkan Novalio yang mengamuk. Terra yang dipercayai untuk menjaga Novalio pun hanya bisa menangis karena tidak bisa menenangkan menantunya, Novalio bahkan tidak mau Terra menyentuhnya.

"AKU MAU PULANG! LEPASKAN AKU! AKU TIDAK MAU DI SINI! LEPASKAN AKU!"

Herza buru-buru berlari dan mendekap Novalio. Novalio terus memberontak hingga selang infusnya tercabut dan membuat tangannya berdarah. Para perawat itu tidak bisa menyuntikkan obat penenang tanpa arahan dokter, dan kebetulan dokternya masih dalam perjalanan.

"Nio sayang, tenang ya, Herza di sini. Tenang sayang," bisik Herza tepat di telinga Novalio.

Gerakan berontak Novalio akhirnya berhenti. Tangannya dengan refleks memeluk Herza dengan erat. "Herza, aku mau pulang. A- aku takut di sini Herza. Aku mau pulang!" Matanya bergulir waswas seolah mencari seseorang yang mungkin mengawasinya.

"Iya, nanti kita pulang. Tapi kamu harus sembuh dulu ya."

Novalio kontan menggeleng keras. "Aku gak mau di sini! Aku takut! Na- nanti Jayden bisa temuin aku di sini. Di- dia bisa muncul dari sana!" serunya sambil menunjuk ke arah pintu kamar mandi.

"Jayden?"

"Aku mau pulang Za, aku takut Jayden menangkapku lagi, hiks."

"Tidak akan Nio. Aku gak akan biarin Jayden deketin kamu. Aku pastiin kamu gak bakal ketemu sama Jayden lagi, oke? Sekarang tenang ya, aku akan selalu menemanimu di sini." Sedikit demi sedikit Herza mengeluarkan feromonnya agar Novalio bisa lebih tenang.

Tangis Novalio perlahan mereda, sampai akhirnya dokter Deon datang dengan sedikit terburu-buru. "Maaf Za, tadi ada urusan sebentar," ucapnya yang langsung diangguki oleh Herza.

"Nio, kakak periksa dulu sebentar ya?"

Novalio sedikit beringsut, ia takut disentuh oleh siapa pun sekali pun ia sudah mengenalnya. "Gak papa sayang, itu kak Deon." Herza mencoba melepaskan pelukannya tapi Novalio langsung mengeratkannya kembali.

"Jangan! Ja-jangan! Jangan menyentuhku!"

Deon hanya tersenyum. "Diperiksanya sambil peluk Herza juga gak papa."

"It's okay sayang, kak Deon gak bakal gigit kok," hibur Herza. Ia masih setia mengelus punggung Novalio agar Novalio bisa lebih rileks lagi.

Deon mulai memeriksa kondisi Novalio. Tekanan darahnya sedikit tinggi karena Novalio sempat tantrum sebelumnya, dan demamnya sudah mulai turun.

"Boleh dibuka sedikit bajunya?" tanya Deon yang hendak memeriksa detak jantung Novalio. Ia menginstruksikan Herza untuk membaringkan Novalio.

"Gak mau!"

"Oke gak papa, tapi kamu diem dulu ya jangan banyak gerak."

Setelah diperiksa secara menyeluruh, dokter Deon kembali membereskan alat-alat medisnya. "Syukurlah, kondisinya sudah mulai membaik. Tadi aku dengar Nio pengen pulang ya?"

Novalio langsung mengiyakan.

"Nio sudah boleh pulang asal Nio minum obat dengan teratur, minum banyak air putih dan makan makanan yang bergizi, dan satu lagi jangan teralu banyak pikiran. Nanti kalau Nio banyak pikiran, terus sakit lagi nanti Nio dirawat lagi di rumah sakit. Janji ya?"

Sebenarnya Novalio masih perlu dirawat setidaknya satu hari lagi, tapi mengingat kondisi mentalnya yang tak kalah penting, dokter Deon akhirnya mengizinkan Novalio untuk pulang.

Mate - Hyuckno [End] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang