13

3.9K 313 32
                                    

Novalio tengah mengobrak abrik isi lemarinya. Ia sangat kesal karena hampir semua bajunya itu sudah tidak muat, sehari-hari dia hanya mengenakan piyama atau kaus kebesaran milik Herza.

"Ish, nyebelin banget sih baju nya gak ada yang muat." Novalio mengambil satu baju kaos berwarna putih. Ia ingat betul itu adalah baju pertama yang Herza belikan untuknya. Mengingat hal itu membuatnya ingin kembali mengenakan baju itu. Tapi sayang, badannya sudah tidak sama dengan lima bulan yang lalu. Baju itu sudah tidak cukup untuk ia kenakan.

Meskipun sudah tahu tidak akan muat, tapi Novalio tetap memaksa untuk mengenakannya dan berakhir hanya bagian dada yang tertutupi sementara perut buncit nya terekspos ke mana-mana.

Novalio mencebik sambil tidak henti menggerutu. Ia bahkan tidak sadar sang mertua sudah masuk ke kamarnya bersama beberapa maid.

"Kenapa bajumu berantakan Nio?"

"Papiiii, bajunya gak ada yang muat," rengek Novalio.

"Ya kan kamunya lagi hamil, nanti kalau si kembar udah lahir bajunya pasti cukup lagi."

Melihat Novalio yang memasang wajah sedih, Terra berpikir cepat untuk mencari solusi. "Gak usah memble, nanti kita belanja baju yang banyak ya."

"Tapi aku pengennya pakai baju ini Papi."

"Mau gimana lagi, bajunya kekecilan sayang. Kita beli aja yuk," ajak Terra.

"Gak mau! Aku pengen pakai baju ini. Titik."

Terra memijat hidungnya sejenak. Jujur saja, ia sedikit kewalahan menghadapi kerewelan Novalio akhir-akhir ini. Tapi mau gimana lagi, demi menantu dan cucunya ia akan melakukan apa pun.

"Ya udah pakai aja begitu, biarin perutnya keliatan."

"Nanti Herza marah..... Tapi aku pengennya pake baju ini," kekeuh Novalio.

"Kalau gitu, babynya dikeluarin aja dulu, biar kamu bisa pakai baju itu. Kalau udah nanti babynya di masukin lagi ke perut kamu, gimana?" Ide di luar nalar yang Terra berikan semakin membuat Novalio merajuk.

"Mana bisa gitu papi?!"

"Ya emang, papi harus gimana lagi Nio?"

Novalio menunduk sambil menarik turun baju itu sedikit demi sedikit, siapa tau bisa melar. Bibirnya tanpa sadar semakin melengkung ke bawah.

"Aku maunya pakai baju ini hkss."

Waduh, sang menantu mulai nangis nih. Bisa berabe kalau nangisnya makin kencang. Terra memutar otaknya agar menantunya itu tidak sampai tantrum.

"Oke gini aja, untuk sementara, kamu pakai baju yang lain aja dulu, biar Papi cariin baju yang sama persis dengan ukuran yang lebih besar, deal?"

"Beneran?" Novalio segera mendongak. Pelupuk nya sudah dipenuhi oleh air mata yang menggenang.

"Beneran dong, kapan Papi bohong sama kamu coba?"

Novalio mulai tersenyum, ia segera mengusap air matanya. Kemudian ia mengambil sweater berwarna pink putih yang menjadi favoritnya. Tidak terhitung berapa kali ia mengenakan sweater itu.

"Ayo sekarang kita turun ya, sudah waktunya makan siang. Sekalian Papi mau nunjukin sesuatu sama kamu."

Novalio segera mengikuti Terra, sementara kekacauan di kamarnya dibereskan oleh para pelayan itu.

Setelah makan siang selesai, Terra memanggil Naina untuk membawa kejutannya itu. Kemudian Naina datang sambil menenteng kandang kucing.

Tada~

Kucing tipe ras Siam itu keluar dari kandangnya. Terra begitu antusias dengan peliharaan barunya itu, ia sendiri yang memilihnya di vet kemarin. Butuh usaha panjang agar Herza setuju mereka memelihara hewan berbulu di rumahnya.

Mate - Hyuckno [End] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang