29

2.2K 150 109
                                        

"Mas Herza!"

Herza yang tengah berbicara dengan seseorang ditelepon langsung terperanjat begitu Novalio memanggilnya.

"Nio, kau baik-baik saja?"

"Mave! Maverick! Di-dia—" dari suaranya yang bergetar, Novalio terdengar sangat panik dan cemas. Tapi ia mencemaskan hal lain, bukan Maverick.

"It's okay. Dia sudah ditangkap. Papa sudah menahannya." Pelukan erat Herza cukup bisa menenangkan Novalio.

"Ta-tapi, rencananya bagaimana? Apakah berhasil?"

Herza menggeleng pelan. Ia menjawab dengan lesu, "Fifty-fifty. Railey keburu pergi."

"Maafkan aku, Mas Herza." Tangis Novalio pecah karena gagal menjalankan rencananya. Padahal ia sudah sangat percaya diri semuanya akan berjalan sesuai harapan.

"It's okay. You did a great job. Sekarang, kamu beresin barang kamu dan barang-barang si kembar ya."

"Hah?" Ia mengernyit bingung. "Kenapa? Kamu ngusir aku?" Ia mulai takut kalau Herza akan mengusirnya karena telah gagal menjalankan misi, atau bisa dibilang ia sedikit mengacaukannya.

"No way. Rumah ini udah gak aman Nio. Setiap dinding punya mata dan telinga. Mata-matanya bukan hanya Maverick, tapi aku belum tahu pasti ada berapa banyak mata-mata di sini, papa dan papi sedang menginterogasinya. Maka dari itu kalian harus pergi ke tempat yang aman secepatnya."

"Su-sungguh? Tapi kenapa mereka melakukan ini?" Kalau benar ada banyak mata-mata, lalu bagaimana bisa Herza kecolongan sebanyak itu? Bahkan sejak dirinya masuk ke keluarga itu, Herza tidak pernah merekrut pelayan dan pengawal baru di rumahnya. Itu artinya, mereka sudah berada di sana sejak lama, dan kemungkinan besar sudah merencanakan makar sejak awal.

"Sepertinya Maverick yang mempengaruhi mereka." Hal itu lebih masuk akal. Maverick bisa saja mempengaruhi dan mengancam mereka untuk menjadi mata-mata, atau pengikutnya.

"Kamu juga ikut kan Mas?"

Herza langsung mendekap Novalio dengan lebih erat hingga membuat Novalio semakin menangis. "Maaf, Nio."

"Aku gak mau tinggalin kamu Mas, aku gak akan pergi dari sini!"

"Maafkan aku Nio, kau dan anak-anak harus segera pergi. Kau jangan khawatir, aku janji aku akan kembali pada kalian setelah semuanya berakhir. Percaya padaku ya?"

Novalio menggeleng keras. Ia selalu percaya pada Herza. Tapi feeling nya kali ini mengatakan kalau Herza tidak akan baik-baik saja. Ia takut Herza tidak akan kembali padanya. "Nggak Mas, aku gak mau pergi. Apa pun yang terjadi aku akan tetap di sini."

"Nio aku mohon, apa kau ingin melihat anak-anak terluka? Tidak kan? Satu-satunya cara agar kalian selamat adalah dengan pergi dari sini. Nio, aku tidak tahu seberapa kuat musuhku sekarang, aku takut aku tidak bisa melindungi kalian. Aku tidak ingin hal buruk terjadi pada kalian, aku mohon Nio, menurutlah padaku. Semuanya demi kebaikanmu dan anak-anak."

Herza ikut menangis. Berpisah dengan Novalio dan kedua anaknya adalah hal yang berat untuknya. Tapi ia tidak mungkin membiarkan mereka terus berada di sisinya. Sebentar lagi mansion Wijaya mungkin akan berubah menjadi medan perang. Jadi satu-satunya cara untuk melindungi keluarganya adalah mengungsikan mereka, meskipun pada akhirnya ia sendiri yang harus berkorban nyawa.

"Mas, kau harus kembali padaku secepatnya dalam keadaan selamat, hiks." Hal yang tak pernah ia pikirkan adalah berpisah dengan Herza. Segelap apa pun dunia suaminya, ia tidak akan pernah pergi dari sana. Ia sudah memegang janji sehidup semati bersamanya. Meskipun ia dicap malaikat yang berubah jadi iblis, ia tidak peduli, karena itu bukan kebenarannya. Ia hanya ingin terus berada di samping Herza, menemaninya dalam segala situasi biarpun itu hidup dan mati.

Mate - Hyuckno [End] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang