27

2.4K 181 3
                                        

Sudah beberapa hari Novalio merasakan ada yang berbeda dari suaminya. Ia yakin suaminya itu sedang menghadapi masalah yang cukup berat, sebab terlihat dari raut wajahnya yang lebih suram, belum lagi lingkaran hitam bak mata panda menunjukkan betapa kerja kerasnya Herza sampai jam tidurnya pun berkurang.

Herza selalu pergi ke kantor pagi-pagi dan pulang larut sekitar jam sepuluh malam. Padahal waktu normalnya, jam kantor Herza hanya sampai pukul lima sore.

Setelah sampai di rumah pun, Herza masih bergelut dengan laptop dan berkas-berkas di ruang kerjanya. Beruntung si kembar tidak sulit untuk ditenangkan ketika mereka terbangun malam hari, karena Novalio sudah bisa menyusui mereka sendiri. Jadi si kembar bisa langsung tidur dan tidak perlu mengganggu Herza yang masih fokus pada pekerjaannya.

Malam ini pun, tepat setelah Novalio membaringkan Anya di box bayinya, Herza masuk dengan lunglai, wajahnya terlihat sangat kusut dan kusam. Novalio akui, suaminya terlihat jelek jika sedang seperti ini, pola makan dan tidur yang tidak teratur jelas bisa mempengaruhi penampilan seseorang. Ia tidak suka kebiasaan buruk sang suami yang melupakan kesehatan demi pekerjaannya.

Pekerjaannya memang sangat penting, tapi kesehatannya juga tak kalah penting. Bagaimana kalau Herza sampai drop? Dia tidak akan bisa bekerja kan?

"Nio." Herza langsung menjatuhkan tubuhnya pada pelukan Novalio, tanpa berniat melepaskan jas dan dasi yang sejak pagi begitu menyesakkan tubuhnya. Ia begitu lelah, bahkan untuk sekadar melepaskan sepatunya pun ia tidak bisa.

"You did very well, Mas," ucap Novalio sembari mengusap punggung sang suami. Ia berharap afeksi sekecil apa pun yang ia berikan bisa sedikit meringankan beban berat di pundaknya.

Selama beberapa menit, mereka masih dalam posisi saling berpelukan di depan box bayi si kembar. Herza memeluk sang omega semakin erat sembari mengendus aroma manis yang mampu merilekskan otot-otot tegangnya dan juga sedikit menenangkan kerja otaknya.

"Mas mandi dulu ya, biar aku siapin air hangatnya. Abis itu makan, kamu pasti lupa makan lagi kan? Liat nih, ototnya jadi loyo gini, pipinya juga gak kalah tirus dari aku. Aku gak suka liat kamu kayak gini, jelek banget kayak mayat hidup."

Herza hanya terkekeh mendengar semua sarkasme dari sang kekasih hati, mungkin itu bentuk kekesalan Novalio yang selama ini terpendam akibat tabiat buruknya sebagai workaholic.

"Cium dulu."

Novalio menuruti permintaan itu dengan cepat lalu membantu membuka jas dan dasi Herza untuk dibawa ke keranjang cucian. Tak lupa ia mengisi bathtube dengan air hangat dan sabun aroma terapi supaya Herza bisa berendam merilekskan tubuhnya yang lelah.

"Bajunya masukin ke keranjang ya, aku mau siapin makanan buat kamu dulu."

Sebelum pergi ke dapur, Novalio menyiapkan baju Herza terlebih dahulu. Ia harus menyiapkan segala kebutuhan suaminya dengan baik.

"Terima kasih sayang."

Di rumah itu, setiap menu yang dibuat harus dihabiskan dalam sekali makan, tidak boleh ada yang tersisa. Hal itu dilakukan demi menjaga nutrisi dan cita rasa pada masakan tersebut. Makanya, Novalio hanya memasak masakan sederhana yang tidak membutuhkan waktu lama karena tidak ada makanan yang bisa ia hangatkan.

Cukup lama berkutat di dapur, ia kembali ke kamarnya membawa nampan berisi mangkuk sup, nasi dan juga sepiring buah-buahan yang sudah dipotong. Dilihatnya Herza tengah memandangi kedua anak mereka. Ada sebuah kerinduan yang begitu kentara terpancar dari sorot matanya. Sudah lama ia tidak mengajak malaikat-malaikat kecilnya bermain, tidak akan heran jika nanti mereka merasa asing kepadanya.

"Mas Herza, makan dulu." Isi nampan itu sudah ditata dengan rapi di atas meja kecil di samping tempat tidurnya. Lalu Herza segera menghampiri dan langsung duduk di samping Novalio.

Mate - Hyuckno [End] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang