10

4.4K 322 47
                                    

Dua hari setelah insiden penyerangan itu, akhirnya Herza kembali ke kantor untuk bekerja. Setelah sebelumnya melakukan WFH karena Novalio sangat rewel dan tidak ingin ditinggalkan olehnya. Mungkin Novalio masih trauma pasca insiden itu, jadi Herza bisa memakluminya.

Herza tahu, untuk sementara waktu musuhnya itu tidak akan bertindak. Tapi ia tetap harus berhati-hati dan memberikan penjagaan ekstra di mansionnya.

Sementara itu, Novalio tengah memberi makan ikan di halaman belakang. Paginya terasa buruk karena ia tidak mendapati Herza begitu ia bangun. Herza pergi tanpa pamit padanya mungkin karena takut ia akan menangis jika ditinggalkan bekerja.

"Sepertinya kita butuh peliharaan baru," ujar Terra yang datang menginterupsi. Ia melihat calon menantunya bergumam kesal pada ikan-ikan yang tidak mengerti apa-apa itu sambil melemparkan makanan ikan satu per satu.

"Papi?"

Terra kemudian mengambil segenggam pakan ikan itu dari kantong kresek yang berada di depan Novalio. Ia ikut menaburkan nya sedikit demi sedikit.

"Ikan-ikan ini gak bisa diajak main, jadi pasti bosen kalo cuma ngomong sendiri. Kamu suka kucing gak? Udah lama papi pengen pelihara kucing."

Perhatian Novalio kini teralihkan pada Terra sepenuhnya. "Aku suka banget sama kucing! Terus kenapa papi gak pelihara kucing dari dulu?"

"Herza gak suka kucing, pas masih kecil dia kena cakar kucing, padahal salah dia sendiri jahil sama kucingnya. Dulu Papi pernah pelihara kucing, eh sama dia dibalikin lagi kucingnya ke vet."

Novalio terkekeh, ia membayangkan betapa kesalnya Herza saat itu sampai-sampai kucingnya dikembalikan ke tempatnya.

"Kalau kamu yang mau, dia pasti gak akan bisa nolak."

"Jadi Papi manfaatin aku?"

"Ya kan kita sama-sama pengen pelihara kucing, gimana sih kamu ini."

Novalio malah cengengesan, ia suka sekali melihat ekspresi geram dari papinya itu. "Ya udah, nanti aku bilang ke Herza nya."

"Bagus," Terra kemudian mengusak pelan rambut Novalio yang menimbulkan protesan dari si mpunya.

"Ih tangan papi bau abis pegang pakan ikan!"

"Hehe sorry, udah bersih kok ini." Terra membasuh tangannya dengan air kolam lalu menepuk-nepuk nya hingga tercipta cipratan air.

"Emm, Papi... Apa orang tuaku akan diundang ke pernikahanku nanti?"

"Tentu saja, Herza akan mengundang mereka. Tapi mereka hanya akan datang sebagai tamu biasa, kau tidak keberatan kan?"

Novalio lalu tersenyum. "Aku tidak keberatan, aku bahkan ragu kalau mereka akan datang."

"Mereka pasti datang, Papi jamin itu."

"Apa undangannya sudah diberikan? Kalau belum, aku ingin mengantarkannya secara langsung, aku juga ingin tahu bagaimana kabar mereka, jadi bisa sekalian."

"Belum, tapi sepertinya Herza tidak akan mengizinkanmu pergi."

"Aku akan menangis kalau dia tidak mengizinkanku! Aku sangat merindukan keluargaku, Papi." Raut wajah Novalio seketika menjadi lesu. Pandangannya ia fokuskan pada ikan koi yang menari-nari di dalam air.

Terra kemudian kembali mengusak rambut Novalio. "Kau curang, selalu menggunakan senjata menangismu itu."

Rencana awalnya keluarga Novalio akan diberikan undangan atas nama perusahaan. Tapi mendengar keinginan Novalio, mau tidak mau Herza mengizinkannya untuk memberikan undangan itu pada keluarganya secara langsung. Meskipun masih diliputi kekhawatiran akan bahaya yang mengancam, tapi ia akan mencoba percaya pada dua pengawalnya itu karena ia tidak bisa ikut bersama Novalio menemui keluarganya.

Mate - Hyuckno [End] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang