*
🌸
*~~~
Usai
"Sampailah dimana tempat abadi yang beristirahat ."
~~~
🌊
BUGHH!
Seseorang yang jatuh entah darimana ia melayang lalu terjatuh ketanah.
Ia mendarat tepat pada sebuah persawahan.
Desa Senari, DRACIS
"Mas se, iku baju nya ngendi Mas? Ora wedi masuk angin?" (Mas nya, itu baju nya mana? Gak takut masuk angin) ucap seorang penduduk desa itu.
Desa ini adalah Desa yang sempat dikunjungi oleh Sotcha dan sekawannya. Tempat dimana Timas pijak.
"Saya gak tau bu, ini saya jatuh dan terjun kamari" balas Cindelaras yang menggaruk kepala nya tak gatal.
Yah, nampak jelas tubuh Cindelaras yang maskulin karena ia kesehariannya dulu sebagai prajurit. Banyak semua wanita terpanah padanya.
"Mas nya orang kerajaan ya? Sudah keterawang dari postur tubuh Mas nya.." ucap gadis cantik itu, yang sedang membawa sebuah tempeh yang ia sunggih.
"Ah, nggak neng.. cuman hobi olahraga aja.. hehe" bohong Cindelaras, dengan segera berlari kerumah Timas.
Rumah Timas tak dikunci, jadi ia bisa membuka dengan gampannya.
Ia melirik kanan dan kiri, melihat sekitar ruangan.
Tetiba, matanya tertuju pada sebuah kertas yang tertinggal disebuah tanah dengan keadaan tergeletak.
Ia memungut kertas itu lalu membacanya.
"Hm.. Maaf Timas, ini karena aku.. Aku akan selamatkan kristal dari jantung Dracis Nusantara!" Ia mengepalkan tanganya, dan keluar rumah dengan tergesa-gesa.
Ia berlari meninggalkan desa itu, dan Cindelaras hendak mencari keberadaan anak-anak tersesat, demi keselamatan mereka.
__
"Iuh.. Bau banget njir!" Ucap Kitcha mengeluh sedari tadi.
"Udah.. udah gausah mengeluh, disini kita juga ngebau gaenak.. Liat tuh, Fusa mual mulu." Tunjuk Davin kearah Fusa yang sedang memegang perutnya yang sakit, akibat mual.
"Rek! Aku nemu jalan keluarnya." Teriak Sotcha.
Mereka segera bergegas kearah Sotcha dan keluar dari perut juga ekor Hiu Suro.
Tempat yang indah, banyak sekali tanaman berwarna-warni, dan bunga bermekaran.
Pemandangan indah nan mengesankan itu, bagaikan Surga.. Ah tunggu, apakah mereka sudah tiada?
Belum sempat menginjak kaki, Uri datang kembali dari arah perut Suro.
Dengan ganas, ia mencengkeram leher Fusa.
"Balekna gasing e!" (Kembalikan gasingnya!) Mata melotot dan asap merah menghiasi kelopak mata Uri, semakin membuat suasana menjadi suram.
Dengan serentak, bunga-bunga disana layuh, dan semua menjadi layuh karena asap merah yang dikeluarkan Uri.
Terkejut teman-teman Fusa hanya memandang dirinya, layaknya sedang dihipnotis oleh Uri.
"Ora! Sapa sik awakmu?!" (Gak! Siapa dulu dirimu!) Teriak Fusa dengan nada gemetaran.
"Huh.. Ora ngerti sapa aku?.. Heh-" (Huh.. Gak tau siapa aku?.. Heh-) Tawa Uri dipotong oleh sautan Davin, yang dengan antusias melempar gasing Aksara dengan sudah dililit oleh tali emas, lalu ia lemparkan kearah Fusa.
SREPP
Tepat sasaran, gasing itu ditangkap oleh Fusa, dengan cepat ia membaca mantra itu.
"Puter cahya, damel roh jahat kesah saking donya puniki.." dengan nada tegesa-tega campur takut yang melanda, ia dapat membaca mantra itu.
Dengan ajaib, gasing itu bereaksi lagi.
Gasing itu berputar dan tali masih terlilit erat dibadannya.
Dengan sekali hempasan dari gasing, tali itu menjadi cahaya emas yang berkilau.
Lalu, menebas Uri dengan cepat.
Tepat Cindelaras datang pada waktunya, ia membantu Fusa untuk mengalahkan Uri.
Seketika Uri dililit oleh cahaya emas itu, dan cahaya Gasing Aksara adalah kelemahannya.
Semakin erat cengkraman dari tali itu, membuat kulit mulus Uri menjadi hangus terbakar menjadi habu merah.
"KALIAN.. AKAN MENERIMAH AKIBATNYAA!!-" dengan sekejap mata cahaya itu menerangi tempat tersebut, dan dengan sekejap mata, Uri tiada menjadi habuh merah.
✒️
To Be Continued..
KAMU SEDANG MEMBACA
FUSA | Di Dunia Nusantara
Fantasy🌌 Dengan penasaran yang diujung tanduk. Mereka membuka kotak mewah itu, dan ternyata berisikan sebuah mainan tradisional, gasing Aksara. Rasa penasaran mereka belum cukup, akhirnya gasing itu dimainkan oleh salah satu siswa. Gasing itu berputar cep...