CHAPTER 29

2.3K 84 1
                                    

Halowww selamat malamm

Aku lagi mood nulis lagi nihh, jadi aku bawain kalian 2chap untuk nemenin begadang kalian🤗

«HAPPY READING»

🦩🦩🦩

Jam istirahat kini sedang berlangsung, Clarissa tidak ingin mendengar ucapan ucapan siswa yang membencinya jika dirinya pergi ke kantin. Dan saat ini, gadis cantik itu tengah membaca novel transmigrasi di perpustakaan sekolah.

Dari pengalaman semua novel yang ia baca, mengapa semua tokoh yang mengalami hal itu terasa baik baik saja? Bahkan hampir cerita yang dirinya baca itu happy ending.

Apa hanya karna novel itu fiksi, jadi tidak akan terjadi di kehidupannya sekarang.

Ia juga ingin sekali merasakan keadaan yang baik baik saja saat semua orang tau, tetapi yang dirinya inginkan justru sebaliknya.

Di perpustakaan pun sama, tidak ada yang duduk satu meja dengan dirinya. Orang orang lebih memilih berdempetan di satu bangku dari pada duduk satu bangku dengan dirinya.

Apa transmigrasi bisa dilakukan sesuai dengan keinginan kita? Jika bisa, Clarissa akan kembali saja pada tubuhnya yang sudah kotor itu.

Lamunannya buyar saat seorang lelaki menyapanya dengan suara pelan, karna mereka sedang berada di perpustakaan.

"Clarissa"

Clarissa mengalihkan pandangannya pada seseorang yang memanggilnya, kemudian tersenyum tipis.

Arlan duduk di samping gadis itu, dan memperhatikan buku yang dirinya pegang di sana.

"Are u ok?" Gumamnya.

Clarissa mengangguk seraya meneruskan membacanya.

"Nih, gue bawain roti buat lo. Gue tau lo belum makan"

Clarissa menatap roti itu sebentar dan menggelengkan kepalanya pelan sembari tersenyum. "Aku masih kenyang ar"

Clarissa bisa mendengar Arlan yang membuang nafasnya gusar.

"Gue udah tanya sama orang yang pegang akun media siswa, dan kata mereka akunnya kena hack"

"Dan sampai sekarang mereka belum bisa ambil alih akun itu" tuturnya.

Clarissa berfikir sejenak, mengapa Arlan menjadi peduli padanya? Apa ada sesuatu yang dirinya inginkan?

"Aku gapapa kok"

Arlan mengangguk dengan ucapan gadis itu.

"Kalo boleh tau, kenapa lo bisa ngalamin transmigrasi?"

Clarissa menatap Arlan dan menggeleng. "Biar itu menjadi urusan aku ar"

Karena sedikit risih dengan kehadiran Arlan, Clarissa bangkit dari mejanya dan berjalan menuju rak buku untuk kembali menyimpan novel yang ia pinjam. Lalu pergi menuju kelasnya.

Arlan tersenyum kecut saat melihat kepergian Clarissa. Ia sangat menyesal telah mengabaikannya saat ia mencintainya dulu.

Walaupun Arlan sudah tau jika Clarissa yang sekarang berbeda, sungguh ia sangat tertarik dengan Clarissa yang saat ini.

***

"Kamu kenapa ar?"

Saat ini, sepasang kekasih tengah duduk di taman belakang sekolahnya. Tempat yang jarang di kunjungi oleh siswa membuat tempat ini terasa tenang dan damai untuk berdiam diri.

"Ar?"

Arlan menatap kekasihnya. "Gue harap itu bukan lo, na"

Liona mengerutkan keningnya tidak paham dengan apa yang di katakan oleh kekasihnya itu.

"M-maksud kamu?"

"Gue harap, bukan lo yang sebarin berita tentang clarissa"

Liona meremas ujung roknya di samping dan menggerang dalam hati. "Kamu nuduh aku?"

"Bukan gitu naa"

"Di sekolah ini cuman lo yang selalu di buly sama clarissa"

"Kok kamu gitu sih? Bisa jadi clarissa ada buly siswa lain di luaran"

"Emang dia hanya buly aku kalo di sekolah, tapi kita nggak tau kalo di luar dia kaya gimana"

"Kamu aja yang tunangannya nggak pernah ikut campur dalam urusan dia di luar kan"

Liona bangkit dari duduknya dengan amarah yang ia sembunyikan karna Arlan telah menuduhnya, Kemudian ia melenggang pergi meninggalkan Arlan yang masih terduduk di sana.

Arlan meremas rambutnya prustasi. Ia tidak ingin menyalahkan kekasihnya untuk hal ini, tetapi entah, firasatnya selalu tertuju pada Liona.

Firasatnya mengatakan jika Liona yang menyebarkan rumor itu.

Saat hendak bangkit dari duduknya, Arlan melihat ponsel Liona yang tertinggal di sana.

Saat tangannya terulur untuk mengambilnya, layar ponsel Liona menyala oleh notifikasi baru yang muncul di look screen.

+623456789
Gimana lii? Aku balikin lagi ya akun med..

Arlan menggeser layar untuk membuka kunci, dan ternyata Liona tidak mengunci ponselnya. Dan saat dirinya hendak membaca pesan itu lebih panjang, seseorang memanggilnya.

"Ar, lo di panggil BK tuh"

Arlan mendongak untuk menatap seseorang yang memanggilnya. "Gue?"

"Iya buruan sono, gue udah nyari lo dari tadi. Eh taunya lo ada disini"

Arlan mematikan ponsel milik Liona dan memasukannya kedalam saku celana, kemudian pergi menuju ruangan Bimbingan Konseling.

Bersambung...

Clarissa's WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang