CHAPTER 30

2.7K 89 0
                                    

VOTE VOTE VOTE VOTEE!!!!

«HAPPY READING»

🦩🦩🦩

Reynand tengah berjalan menuju kantin untuk membeli minuman, tenggorokannya terasa kering karna berolah raga di lapangan dengan terik matahari yang sangat panas.

"Hey beb, kalian tau nggak. Katanya si clarissa itu perempuan panggilan anjirr" tutur Bibi.

Saat dirinya melewati murid yang tengah bergosip, langkahnya terhenti saat ia mendengar seorang lelaki mengatakan jika Clarissa adalah perempuan panggilan.

Karna sedikit kesal, Reynand mendekat pada lelaki yang tengah bergosip dengan wanita itu di sana.

"Siapa yang lo maksud wanita panggilan?" Reynand menatap lelaki setengah hawa itu dengan tatapan yang menusuk. Dan terlihat jika lelaki yang bernama Bibi itu sedikit mengerut takut.

"I-itu anu-"

"SIAPA YANG LO MAKSUD PEREMPUAN PANGGILAN!!" Kini, Reynand sedikit meninggikan suaranya.

"Lo mending jangan deket deket deh sama si clarissa, dia itu ular" tuturnya tanpa rasa takut dengan nada bicara Reynand yang mulai meninggi.

Apa lelaki itu tidak tahu jika Clarissa adalah kekasihnya sekarang? Apa ia tidak melihat raut amarah yang keluar dari wajah tampan Reynand?

Karna amarah yang mulai naik, Reynand menarik kerah lelaki itu kasar dan meninju rahangnya.

Buggg

"INI BUAT OMONGAN PEDAS YANG UDAH LO LONTARIN"

Buggg

"DAN INI BUAT HINAAN YANG UDAH LO SEBARIN TENTANG CEWE GUE!" Suara bariton Reynand terdengar di sepanjang koridor.

Ia meninju Bibi dengan tenaga di atas rata rata sehingga membuat rahang lelaki itu mengeluarkan sedikit darah.

Arlan melihat ada perkelahian yang sedang terjadi di depan kelasnya, kemudian buru buru mendekat untuk meleraikan mereka.

Arlan menarik kerah Reynand untuk menjauh dari Bibi.

"STOP BANGSATT!" Teriaknya pada Reynand.

Reynand menatap wajah Arlan dengan tatapan tidak suka. Banci ini selalu saja ada di mana mana, batin Reynand.

"Arr, t-tolong gue"

Arlan menghampiri Bibi yang sudah tersungkur ke lantai dengan wajah yang mulai terluka.

"Lo kenapa, ko bisa berantem?" Arlan tidak habis fikir, lelaki tulang lunak ini bisa bisanya berkelahi dengan sesama jenis. Biasanya Bibi selalu berkelahi dengan wanita.

"Gue cuman ngasih tau bajingan itu buat nggak deket deket sama si jalang" ujarnya dan menatap Reynand sinis.

"Dan dia tiba tiba ngeroyok gue" lanjutnya sembari memegangi rahangnya.

"Jalang?"

"Iya, jalang"

"Si clarissa, lo juga muak kan sama dia"

Arlan melotot tidak terima, jadi, jalang yang selalu di bicarakan oleh Bibi saat di kelas itu adalah Clarissa.

Tanpa berfikir panjang, Arlan ikut mendaratkan pukulannya di rahang Bibi. Dan Reynand yang melihat itupun hanya diam dan mendelik.

Buggg
 
Buggg

Arlan terus memukuli Bibi dengan tangannya. Teman satu kelasnya ini selalu menyebarkan rumor tidak benar mengenai Clarissa, dan dirinya baru tau itu sekarang.

Kini, Reynand yang menarik kerah Arlan untuk menjauh dari Bibi.

"Lo mau buat dia mati?" ujarnya dingin.

Bibi sudah terkapar lemah di lantai, dengan wajah yang sudah babak belur dan matanya mulai terpejam.

Banyak siswa yang menonton adegan mengeroyok bencong di koridor itu, bahkan ada juga yang mengabadikan momen itu dengan merekamnya.

***

"Kalian ini, mau jadi jagoan apa mau nyari ilmu sih?"

Di ruangan Bimbingan Konseling, dua pemuda yang saling tidak menyukai tengah di omeli oleh guru BK atas perkelahian yang menyebabkan Bibi dilarikan ke rumah sakit.

Reynand duduk di sebelah Arlan dengan wajah yang sangat datar. Dan Arlan duduk dengan tatapan yang terus mengarah ke samping.

"Arlan, Reynand. Kalian ini denger ibu atau tidak?!" Geramnya.

"Denger" balas Arlan.

"Reynand kamu tidak punya kuping dan mulut ya?"

"Ibuu sudah pusing dengan kalian berdua yang selalu sajaa membuat masalah"

"Pokonya, besok ibu akan panggil orang tua kalian untuk datang temui ibu!" Putusnya.

"Yasudah, silahkan kalian keluar. Ibu serasa bicara dengan tembok jika dengan kalian" ujarnya kemudian menggelengkan kepalanya pelan.

Reynand bangkit dan berjalan keluar. Rasanya, tenggorokannya yang terasa kering sudah hilang saat ia melayangkan pukulannya pada bencong itu. Lihat saja, jika lelaki itu kembali dengan bibir yang masih sama, ia tidak akan segan segan untuk kembali mengirimnya ke rumah sakit.

Drrrttt...

Ponsel Reynand sedikit bergetar oleh notifikasi pesan. Ia merogoh ponselnya di saku dan membuka pesan yang baru saja masuk.

Jasmin

Ei, kata tante haura sepulang sekolah lo anter gue ke atm

Penting.

Reynand hanya membaca pesannya saja dan kembali memasukan ponselnya ke dalam saku, kemudian pergi menuju kelas Clarissa untuk melihatnya sedang apa.

Bersambung...

Clarissa's WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang