«HAPPY READING»
🦩🦩🦩
Disisi lain, seorang gadis kecil tengah berjalan mengendap untuk melancarkan aksinya yang kesekian kali.
"Untung aja abang sama mama gaada, jadi aku bisa kerjain si nenek lampir itu deh" gumam Reina dan terkekeh.
Di kamar tamu, seorang gadis cantik tengah nengkurap di atas kasur dengan beberapa cemilan dan laptop yang menyala di hadapannya.
Jasmin tengah menonton drama kesukaannya sembari memakan cemilan ringan.
Reina bisa melihat jika gadis itu tengah memunggunginya. Ia berjalan masuk dan kembali menutup pintu dengan sangat perlahan, supaya Jasmin tidak mendengarnya.
Saat sudah berhasil menutup pintunya kembali, Reina berjalan mendekat pada tombol lampu yang tidak jauh dari sana.
Dengan senyum yang mengembang, ia akan menjahili Jasmin dengan mematikan lampu kamarnya, kemudian ia akan tertawa keras saat melihat reaksi gadis itu nanti.
Ia berjinjit dan tangan mungil gadis itu perlahan terulur untuk menekan tombol lampu
Tik.
Berhasil! Reina berhasil mematikan lampu kamar yang di tempati oleh Jasmin.
Jasmin yang tengah asyik menonton drama, tiba tiba merasakan pandangannya yang menggelap. Hanya ada cahaya dari layar laptop saja sekarang.
Jantungnya berdegup kencang dan badannya perlahan mulai bergetar, ia terbangun dari posisinya dan memeluk lututnya erat.
"T-tolonggg" lirihnya.
Dengan tangan yang bergetar, ia berusaha untuk memeluk lututnya erat.
Samar ia mendengar teriakan seseorang yang memakinya, dan tangannya ia pindahkan untuk menutupi telinganya yang terus menerus mendengar suara teriakan itu.
'DASAR ANAK SIALAN!! SAYA SANGAT MENYESAL MEMILIKI PUTRI SEPERTI KAMU!! KAU ADALAH PENYEBAB KEMATIAN ISTRI SAYA!!'
"PERGIII!!!"
"PERGIIIII!!!!"
"ITU BUKAN SALAH GUEE!! PERGII!!!"
Reina yang mendengar hal itu, lantas tertawa kencang. Ia berhasil menakut nakuti nenek lampir itu. Namun, tawanya terhenti saat mendengar suara isakan dari gadis yang tengah duduk di atas kasur itu.
"PERGII!! ITU BUKAN SALAH GUEE"
"PERGIII HIKS..."
Reina kembali menyalakan lampunya, dan ia bisa melihat Jasmin yang tengah menutup telinganya ketakutan di sana.
Reina berlari untuk menghampiri gadis itu.
"Pergiii!!" Kini suara Jasmin terdengar melemah di telinga Reina.
Reina bingung harus melakukan apa, ia melihat tangan Jasmin yang bergetar hebat dan wajahnya yang sangat pucat karna ketakutan. Apa ia melakukan kesalahan? Padahal dirinya hanya mematikan lampu kamar ini saja.
Akhirnya, Reina berlari ke luar untuk mencari bantuan. Dan saat dirinya membuka pintu, berpapasan dengan itu Abangnya baru sampai ke rumah.
"A-abangg" panggilnya.
"Apa?"
"K-kak jasmin bangg"
Reynand melihat raut yang sangat hawatir di wajah adiknya itu, dan tanpa mendengar penjelasan selanjutnya Reynand berlari ke kamar yang ditempati oleh Jasmin.
Dan saat ia sampai di ambang pintu, ia bisa melihat Jasmin yang sudah tergeletak di lantai dengan kondisi tubuhnya yang masih bergetar hebat.
"Dek! Kamu apain jasmin!!"
Reina ketakutan saat mendengar suara abangnya yang berbeda.
"A-aku cuman i-iseng matiin lampu kamar aja bang"
"Minn" Reynand mencoba untuk membangunkan gadis itu, namun ia tidak mendapatkan jawaban dari sang empu.
"AMBIL KUNCI MOBIL DI SAMPING TV!" Teriaknya pada Reina.
Dengan jantung yang terpacu, Reina berlari ke luar untuk mengambil kunci mobil Reynand.
Reynand memangku gadis itu dan membawanya ke dalam mobil.
Ia menidurkan Jasmin di kursi belakang dan ditemani oleh Reina disana. Ia melajukan mobilnya untuk menuju rumah sakit sekarang.
Reynand tidak tahu pasti dengan hal yang telah di lakukan oleh adiknya itu, tetapi ia takut akan terjadi sesuatu yang buruk pada sahabat kecilnya ini.
Reynand melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata rata, dan ia tidak memperdulikan umpatan umpatan masal dari pengendara lain. Reynand hanya ingin cepat sampai di rumah sakit sekarang.
***
Tok... Tok... Tok...
Baru saja Clarissa merebahkan tubuhnya di sofa, ia mendengar suara ketukan di arah pintu serta suara bel yang tak henti di tekan oleh seseorang di luar sana.
"Ck, baru juga mau rebahan"
Clarissa berjalan ke arah pintu dan membukanya. Ia sangat terkejut saat melihat Arlan yang datang dengan pakaian urakannya. Matanya sayu, rambutnya berantakan.
"Saa" panggilnya dengan suara yang sangat serak.
"Arlan"
Clarissa membawa lelaki itu untuk masuk ke dalam rumahnya, dan menyuruhnya duduk di sana.
Ia sangat tidak habis fikir oleh lelaki yang ada di hadapannya ini. Arlan yang selalu terlihat rapi dan tampan, mengapa sekarang berubah menjadi Arlan yang sangat kacau?
"Kamu kenapa?" Tanya Clarissa saat sudah kembali dengan membawa segelas air.
"Ini di minum dulu"
Arlan menerima gelas yang diberikan oleh Clarissa dan meneguknya hingga tandas dalam beberapa tegukan saja.
Mata Arlan menatap manik hazel Clarissa dengan sangat intens, ia merasa sangat tidak tega untuk membicarakan ini semua padanya.
"Gue mau bilang sesuatu sam-"
Ucapan Arlan terpotong oleh dering dari ponsel Clarissa. "Sebentar"
Clarissa mengangkat telepon dari Haura.
"Hallo tan"
"..."
"Apaaa?"
"..."
"I-iyaa aku kesana sekarangg"
Clarissa mematikan sambungan teleponnya dan beralih untuk menatap lelaki di sampingnya.
"Ar, aku harus pergi. Ini penting"
"T-tapi sa"
"Kalo kamu mau nunggu aku di sini, its oke. Tapi aku engga bisa mastiin kapan aku pulang"
Clarissa bangkit dan berlari ke kamarnya untuk mengambil tas, kemudian kembali ke bawah untuk pamit pada Arlan.
"Maaf ar, tapi ini penting"
"Aku pergi dulu"
Arlan menatap punggung Clarissa yang berlari dan mulai menjauh dari pandangannya, sesulit itukah ingin bicara serius dengannya?
Arlan menghela nafasnya gusar.
"Den arlan" sapa Bik Inah yang baru saja keluar dari kamarnya.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Clarissa's World
Подростковая литератураClarissa's World versi terbaru. [HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA] *** Clarissa Aquella, sebelum kejadian di malam itu, ia masih menjadi seorang gadis yang sederhana. Ia tinggal bersama Ayahnya yang memiliki toko sembako kecil, dan Abangnya yang berumur...