17. butuh

17 3 7
                                    

Malam yang dingin dan sunyi, kebanyakan orang memanfaatkan waktu ini untuk beristirahat dari kesibukan nya masing masing. begitupun dengan janu, ia tengah beristirahat di bawah alam sadarnya.

ia terbaring lemas. wajahnya pucat, tubuhnya dingin seperti mayat. dengan beberapa alat medis yang menempel di tubuhnya.

beruntung janu tidak sendirian, seorang gadis cantik setia menemaninya dari tadi. gadis itu menggenggam tangan janu dengan hangat. tak hentinya gadis itu berdoa agar seseorang di hadapannya cepat sadar dan sehat seperti semula.

yuna, yuna lah gadis setia itu. yuna menatap janu penuh arti, wajahnya kini sudah dibasahi oleh air matanya sendiri.

entahlah, rasanya yuna melihat janu dengan perasaan yang berbeda dari awal ia bertemu. apa yuna mulai menaruh perasaan pada janu? ah entahlah.

kepala yuna hampir pecah memikirkan ucapan dokter yang menangani janu tadi.

"janu butuh transplantasi ginjal yun" ucap dokter yang memang sering menangani janu.

yuna terus memikirkan itu, bagaimana caranya agar janu mendapatkan ginjal yang cocok dengan nya? ayolah, tranplantasi ginjal tidak semudah memasukan benang ke dalam jarum.

♪ ♪ ♪

"tranplantasi ginjal?" Bella sedikit terkejut dengan perkataan yuna.

"iya tan, kata dokter cuma itu jalan satu satunya" yuna dengan nada yang sedih.

"tante bakalan cari itu, apapun biar janu hidup kamu bantu doa in ya biar tante dapet ginjal yang cocok buat janu" tangan Bella terulur mengelus rambut yuna.

yuna tersenyum tipis dang mengangguk pelan.

♪ ♪ ♪

yuna melangkahkan kakinya di koridor sekolah pagi ini, ia sendirian tentu saja. janu masih terbaring lemas di rumah sakit.

angin pagi itu menusuk tubuh indah yuna, membuat yuna mengeratkan cardigan rajut nya.

rambut panjang yuna yang sengaja di urai bergoyang pelan terkena angin.

"kalau jalan jangan bengong" seseorang dari arah berlawanan menepuk tangannya tepat di depan wajah yuna.

yuna tersentak dan mulai fokus pada sesosok di depannya.

jendra?

bahkan yuna tidak sadar ada seseorang di hadapannya tadi karena terlalu tenggelam di dalam pikirannya.

"ada masalah yun?" jendra masih bersikap hangat walau yuna dingin kepadanya.

"engga" jawab yuna datar, ia kembali melangkah dan mau meninggalkan jendra.

tangan jendra menarik yuna sampai akhirnya mereka berhadapan sekarang.

"kenapa sih jen?" yuna sedikit ketus, tapi entah kenapa jantung yuna berdegup lebih kencang dari biasanya.

"lo pikir kita baru kenal kemarin yun? gue tau lo lagi banyak pikiran, ayo cerita sama gue. mau gimanapun kita ini tetep sahabat kan?" jendra tersenyum, tangannya menopang dagu yuna.

jujur hati yuna tersentuh mendengar perkataan jendra, bagaimana tidak. bayangkan saja jendra masih tetap bersikap baik padanya sedangkan ia selalu mengacuhkan jendra.

Melting -iceshin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang