prolog [reupload]

170 17 12
                                    

pagi yang cerah, gadis berambut panjang yang mengenakan almamater sekolah nya . dengan ransel biru muda yg melekat di pundaknya itu berjalan menelusuri lorong sekolah sambil sesekali bersenandung. setiap hari ia memang bersekolah dengan senang hati, karena sesuatu hal pastinya.

"heh yun, senyum senyum terus. ada apa sih?" tanya seorang lelaki yang sedang berjalan di depannya, dengan tangan yang membawa beberapa buku.

"bukan urusan lo, udah ah gue mau ke kelas" yuna mendelik tajam ke arah lelaki yang di hadapan nya, dan langsung berlari kecil menuju ruang kelasnya.

"stres."

♪ ♪ ♪

"Yuna Ardelia. kamu dari tadi saya lihat tidak memperhatikan pelajaran saya, kalau kamu tidak ingin ikut belajar. lebih baik kamu keluar!" wanita yang notabene nya guru agama itu fokus pada yuna yang memang dari awal pelajaran hanya memainkan handphone nya tanpa peduli ada guru yang sedang mengajar. tentu saja itu menarik perhatian bu irma.

"ah ibu, tau aja yuna mau keluar. yaudah yuna keluar ya bu" bukannya takut ataupun meminta maaf, yuna justru sangat senang disuruh keluar. lebih baik keluar kelas daripada mendengarkan ocehan guru, pikirnya.

bu irma dan siswa siswi lain hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan yuna, ini bukan pertama kali yuna di suruh keluar kelas. ia memang hampir selalu tak menyimak penjelasan guru yang ujung-ujungnya di suruh keluar. baginya itu semua hal sepele, walaupun guru guru mencap nya sebagai siswi brandal tak patuh aturan. ia tetap tak mempedulikannya.

"haduh yun, yun. kapan sih lo berubah" gumam teman satu kelas yuna yang notabenenya teman sebangku yuna juga. ia sudah sering mencoba menasihati yuna agar berubah menjadi lebih baik, tapi hasilnya nihil. jika ia menasehati yuna, memang yuna akan meng iyakan. tapi aslinya ia hanya pura-pura.

♪ ♪ ♪

"yuna" tegur lelaki yang berada di belakang yuna, suaranya sangat tak asing lagi di telinga nya.

yuna berbalik badan, memastikan apa dugaannya benar. ternyata lelaki yang menegurnya sesuai dengan pikirannya.

"eh kak gama, ada apa nih manggil yuna? apa jangan jangan kak gama kangen lagi sama yuna" ucapnya dengan senyuman yang tak pudar dari wajahnya itu.

"lo di suruh keluar kelas lagi?" tanya gama datar.

"tanpa gue jawab lo pasti udah tau jawabannya." yuna cengengesan dengan jawabannya sendiri.

"sampai kapan sih yun, lo kaya gitu terus? gak mau berubah sedikitpun? ga bisa jaga sikap dikit aja kalau ada guru? yun lo itu sekolah niat ga sih?" gama sedikit terlihat marah mendengar jawaban gadis di depannya itu.

"gue niat sekolah kak"

"terus, kapan lo mau berubah?"

"kalau lo mau jadi pacar gue"

"oke kalau itu mau lo, tapi gue gak mau pacaran sama troublemaker kaya lo. jadi lo harus rubah sikap lo dan. lo harus jadi juara umum tahun ini, terserah mau juara satu, dua, atau tiga. intinya lo harus jadi juara umum. ngerti?" gama sedikit menunduk menghadap wajah yuna, niatnya agar yuna mendengar perkataannya dengan jelas. namun yuna salah tingkah melihat wajah gama, orang yang ia suka. dengan sangat jelas.

"siapa takut, gue bakal jadi juara umum kali ini. liat aja kak gama, gue bakal bikin lo jadian sama gue." jawab yuna dengan sedikit penekanan di akhir kalimatnya.

"lo harus buktiin itu" gama tersenyum remeh pada yuna, sampai akhirnya ia pergi meninggalkan yuna yang masih berdiri kokoh di tempatnya.

"anjir, mana bisa gue juara umum. paling mentok aja gue ranking peringkat akhir. lah ini disuruh juara umum, gimana caranya anjir." yuna mengacak rambutnya frustasi, bodoh ia mau menerima tantangan gama. mau gimana lagi namanya juga suka sama orang, pikirnya.

♪ ♪ ♪

"yuna" suara seorang lelaki menyapa gendang telinga yuna, membuat yuna berhenti melakukan kegiatan bermain handphone nya. yuna mendongak melihat siapa yang memangilnya.

"kenapa jen?"

seseorang yang di panggil 'jen' itu mendaratkan bokongnya di kursi sebelah yuna.

"lo beneran suka sama gama?" tanyanya dengan wajah serius.

"iya, kenapa? heh muka lo serius banget sih" yuna mencubit pipi jendra, seseorang yang duduk di sebelahnya.

"lo gak mau gitu, ilangin perasaan lo ke gama, dan coba taruh perasaan ke orang diluar sana yang mungkin lebih bisa ngehargain lo"

"engga, gue suka nya kak gama dan engga akan pernah berubah mau itu lo sekalipun. karena cuma kak gama yang bisa bikin gue luluh" yuna dengan santainya.

jendra menghela nafasnya, ia bangun dan pergi entah kemana. meninggalkan yuna dengan seribu pertanyaan nya.

"loh, kok pergi? gue salah omong? si jendra kenapa sih?" yuna menatap punggung jendra yang mulai menjauh dari pandangan nya.

"mungkin kali ini cuma gama yang bisa luluhin hati lo, dan ngisi hati lo. tapi nanti gue bakalan gantiin posisinya."  batin jendra.

♪ ♪ ♪




segini dulu prolog nya, heheh

gimana first impression kalian buat cerita ini setelah baca prolog nya??

semoga kalian tertarik sama ceritanya ya.

see you next part guys.

Melting -iceshin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang