10. jadian

29 7 8
                                    

"kebiasaan kamu yun, telat terus, saya udah bosen hukum kamu. udah sekarang kamu duduk aja di kursi kamu." wanita paruh baya itu terlihat kesal dan sedikit frustasi karena kelakuan salah satu muridnya. yang tak lain, tak bukan adalah yuna.

"gitu dong bu, makasih loh" yuna dengan semangat duduk di kursi nya.

jendra yang duduk di samping yuna tampak berbeda hari ini. bukan dengan penampilan nya, tapi yang biasanya ia mengoceh dan memarahi yuna jika yuna terlambat ataupun membuat masalah, ini tidak berkutik sama sekali.

yuna tidak menghiraukan nya, udah cape ngoceh kali, pikirnya.

sepuluh menit, dua puluh menit, dan seterusnya. jendra hanya fokus mendengar penjelasan guru di depan kelas. ia sama sekali tidak melirik yuna. tentu itu membuat yuna sedikit heran, jujur yuna lebih suka jika ia salah, jendra memarahi nya. ia paling tidak suka ketika jendra diam dan cuek kepadanya secara tiba-tiba.

yuna mencoba menarik perhatian jendra yang masih fokus. dari mulai yuna menyenggol nyenggol lengan jendra, menginjak kaki jendra, bahkan mencubit cubit pipi jendra.

jendra hanya melirik yuna sebentar dengan pandangan datar, sampai akhirnya pandangan nya kembali ke depan kelas.

"dikira bagus kali kaya gitu." yuna menyindir jendra.

"diem yun, jangan ngoceh." jendra membungkam mulut yuna dengan tangannya.

yuna langsung menepis tangan jendra dari mulutnya itu. tak lupa yuna menatap tajam ke arah jendra yang sedang menahan tawanya melihat yuna.

♪ ♪ ♪

"astaghfirullah, gue lupa. bentar lagi ada ujian kan?" yuna menggebrak salah satu meja kantin yang sedang ditempati nya bersama jendra dan yang lain.

"terus kenapa? biasanya juga lo cuek yun." roni menatap yuna heran.

"masih mau jadi juara umum?" jendra menatap yuna, menunggu jawaban.

"engga sih, syukur syukur peringkat tiga di kelas." yuna menyuap baksonya yang sempat ia anggurkan.

"tiga dari belakang yun?" toni dengan menaik turunkan alisnya.

yuna meninju dada toni, hanya pelan. namun toni berlagak seperti orang kesakitan. anehnya, yang di tinju dadanya, toni malah memegang kepalanya.

yuna hanya menatap toni malas.

"tetep aja yun, lo harus tetep belajar buat ujian nanti." jendra menepuk kepala yuna.

"males, gak ada gunanya juga."

"yuna" jendra menatap wajah yuna dalam, wajahnya dan wajah yuna sangat dekat kali ini.

itu semua membuat pipi yuna menjadi seperti udang rebus.

"iya gue belajar." jawab yuna malas, ia menjauhkan wajahnya dari wajah jendra.

♪ ♪ ♪

siswa siswi berlarian menuju ke arah lapangan basket, beberapa orang berlari sembari berbicara membahas sesuatu topik yang ada di lapangan basket.

"wah seriusan?"

"gama? nembak siapa?"

"udah, cepetan liat aja"

"ayo cepet, di lapangan basket udah rame"

Melting -iceshin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang