"non yuna, itu di depan ada den jendra katanya mau ketemu" ucap bi ningsih, salah satu art di rumah yuna.
"bilang aja yuna nya gak ada bi" titah yuna, sampai akhirnya ia pergi masuk ke dalam kamarnya.
"maafin gue jen" lirih yuna, matanya sudah siap mengeluarkan cairan bening, namun yuna menahannya.
yuna menghempaskan tubuhnya ke kasur, ia menatap langit-langit, dan mengingat bagaimana hubungannya dengan jendra dulu sebelum mengenal cinta.
dalam lamunannya tiba tiba, seseorang berteriak dari bawah sampai terdengar ke kamar yuna.
"yuna, gue tau lo ada di kamar yun. gue cuma mau ngomong sama lo yuna, jangan menghindar dari gue." suara teriakan itu tentu saja teriakan jendra.
yuna mendengar itu merasa bersalah. apa caranya menghindar dari jendra benar? apa seharusnya yuna tidak menghindari jendra dan tetap berteman baik?
yuna beranjak dari kasur nya, ia melangkah perlahan untuk keluar menuju balkon kamarnya.
tangan yuna memegang pembatas balkon, kepalanya ia tundukkan agar bisa melihat jendra.
"yun, gue butuh waktu lo buat ngobrol" jendra dengan sedikit berteriak, telapak tangannya ia satukan.
"kalau lo mau ngobrol sama gue, manjat aja sini" yuna dengan nada yang tak kalah tinggi, setelah menyelesaikan kalimatnya, yuna langsung masuk lagi ke dalam kamarnya.
yuna pikir, tidak mungkin juga jendra akan memanjat hanya demi berbicara dengannya.
ternyata dugaan yuna salah, jendra meminjam tangga kepada satpam rumah yuna dan mulai menaiki satu persatu tangga nya, demi mencapai tangga paling atas, dan masuk ke kamar yuna.
rencana jendra tidak semulus itu, hampir saja ia akan sampai, tangga yang ia naiki goyang. menyebabkan jendra tidak bisa menjaga keseimbangan nya.
DUK
jendra terjatuh dengan posisi tertidur dan tangga yang menimpa kaki dan tangannya.
jendra meringis kesakitan, menahan sakit di beberapa bagian tubuh nya.
yuna mendengar suara benturan yang cukup keras langsung berlari keluar balkon nya, dan melihat apa yang terjadi.
betapa terkejutnya yuna melihat jendra, beruntung satpam yuna datang dan menyingkirkan tangga dari tubuh jendra.
yuna berlari turun dan menghampiri jendra yang masih berusaha bangun.
"pak, jendra nya tolong bawa ke kamar aku aja ya" titah yuna pada satpam nya itu.
pak usman yang adalah satpam yuna langsung mengiyakan, pak usman membantu jendra bangun dan membopong nya ke kamar yuna.
yuna sudah sampai dulu di kamarnya, dengan kotak p3k di pangkuan yuna.
jendra terduduk bersandar di ranjang milik yuna. ia memang merasakan sakit di tubuhnya, tapi ia merasa senang karena bisa berada di sisi yuna.
"lo ngapain sih jen pake naik naik tangga segala, jatoh kan jadinya." yuna menarik kursi belajar nya ke samping ranjangnya, yuna menduduki kursi itu dan langsung mengecek sekitar tubuh jendra.
"lo yang suruh gue manjat yun" jawabnya terkekeh
"gue cuma bercanda" yuna memeras handuk kompresan air hangat nya dan mulai menempel nempel kan nya di tangan jendra yang memar.
jendra tidak menjawab lagi, ia hanya diam sementara yuna mengobati lukanya.
beberapa menit kemudian, yuna selesai dengan tugasnya.
"udah"
"makasih yun"
yuna berdehem menjawab jendra.
"lo, beneran pacaran sama janu?" jendra mulai membuka topik, yang memang ia simpan dari tadi.
"iya" jawab yuna datar
"gue kira, lo tau perasaan gue." jendra tersenyum simpul, ia bangun perlahan dan pergi meninggalkan yuna.
♪ ♪ ♪
"ya ampun gue lupa mau nemenin galen cuci darah" yuna bergegas mencari handphone nya untuk menghubungi janu.
betapa terkejutnya yuna melihat ada sepuluh telepon tidak terjawab dari janu.
ternyata tadi hp nya ia silent, sampai telepon janu tidak terdengar dering nya.
yuna langsung menelepon janu, dan menunggu janu menjawabnya.
"hallo, gal. maaf banget tadi gue kelupaan, sekarang lo dimana?" yuna sedikit gelisah, takut janu akan marah padanya.
"eh yuna, janu nya tidur baru tadi. dia tiba tiba deman yun kamu kesini aja. mau tante suruh om nya janu jemput ga?"
"oh gitu, yaudah yuna kesitu naik taksi aja tante."
"yaudah hati hati ya yun, masih inget rumah janu kan?" bella bertanya seperti itu karena sebelumnya yuna pernah main ke rumah janu.
"iya aku inget, yaudah aku siap siap dulu ya tante"
"iya yun"
tut..
bella memutuskan telepon sepihak.
yuna langsung bersiap siap untuk pergi ke rumah kekasihnya. ah, kupikir jendra yang akan menjadi kekasihnya, ternyata salah.
♪ ♪ ♪
"jen, tumben yuna gak kesini" amora merasa ada yang kurang, ternyata tidak ada yuna di rumah nya.
biasanya jika ada yuna, rumah amora yang sudah hangat akan semakin hangat. apalagi jika dihias dengan senyuman yuna yang manis.
terlebih lagi amora sedikit heran karena kemarin yuna tidak mau diajak membuat brownies dengannya. padahal biasanya yuna sangat antusias jika amora mengajak nya membuat brownies.
"yuna lagi sibuk belajar bun, dia kepengen banget juara umum" jendra sedikit berbohong, iya sih yuna akhir akhir ini sering belajar, tapi kan sekarang yuna sedang istirahat sejenak dari kegiatan belajar rutin nya itu.
"ajarin dong jen, biasanya juga kalian belajar bareng"
"iya bun, nanti jendra ajak yuna belajar bareng."
♪ ♪ ♪
jendra memarkirkan motornya di parkiran sekolah. ia membuat helm full face nya dan merapikan rambut nya yang sedikit berantakan.
angin pagi menusuk tubuhnya, untungnya jendra memakai hoodie kesayangan nya. Hoodie pemberian yuna saat ulang tahun nya tahun lalu.
baru saja mau melangkah meninggalkan parkiran, datang dua insan mengendarai motor. yuna dan janu, pemandangan yang membuat mata jendra perih.
yuna turun dari motor janu, dan janu membukakan helm yuna. tentu itu membuat jendra semakin panas. tidak mau berlama lama, jendra langsung pergi meninggalkan dua insan itu.
sebelumnya, pandangan yuna dan pandangan jendra sempat bertemu. tapi yuna langsung memutuskan nya.
ah, yuna dan jendra bahkan seperti orang asing yang saling tidak mengenali satu sama lain.
pilihan yuna sangat salah, harusnya ia tidak menerima janu saat itu. sudahlah, menyesal pun tidak berguna.
♪ ♪ ♪
๑TBC๑
KAMU SEDANG MEMBACA
Melting -iceshin
Teen Fiction"lo pasti bakal luluh sama gue yun, gue pastiin itu" guys, plis banget untuk ga jadi silent reader yaa, makasih perhatiannya.