Prolog

108K 5.1K 93
                                    

Kriteria pacar idaman Kaluna:
1. Cowok yang usianya lebih tua. Pokoknya jangan tua-tua banget. Mungkin lima atau enam tahun lebih tua, bolehlah.
2. Harus ganteng. Minimal enak dipandang. Jadi kalo diajak jalan gak malu-maluin.
3. Kaya raya. Nggak perlu kaya raya sampe tujuh turunan, yang penting hidupnya makmur dan nggak numpuk hutang.
4. Kalo bisa sih yatim piatu. Kalopun gak yatim piatu, orang tuanya nggak ribet dan harus sayang sama aku.
5. Anak tunggal. Semisal kalo punya sodara, maunya cowok aja. Soalnya kalo punya sodara cewek takut suka ikut campur sama urusanku.
6. Tentu saja harus cinta mati sama aku. Itu mutlak nggak bisa ditawar.
7. Sehat jasmani dan rohani. Lebih baik yang nggak ngerokok.
8. Pintar dan enak diajak ngobrol.
9. Udah itu dulu. Nanti kalo ada tambahan langsung aku tulis lagi.

Kaluna mengenyit jijik saat tidak sengaja menemukan sebuah buku yang berisi tulisannya di masa SMA. Masa dimana ia baru pertama kali dekat dengan cowok.

"Kenapa dulu aku alay banget sih?" tanya Kaluna lebih pada diri sendiri.

Kaluna bahkan tidak sanggup membaca lembar-lembar berikutnya. Sudah bisa dipastikan isi dari buku itu adalah curahan soal percintaannya. Saat membaca ulang kriteria yang pernah ia tulis, membuatnya sadar kalau sampai sekarang kriteria itu tidak berubah. Di usianya yang memasuki dua puluh lima tahun, ia masih ingin memiliki pasangan yang lebih tua darinya. Kedelapam poin kriteria yang ia tuliskan dulu, masih menjadi kriteria cowok yang ia inginkan sampai sekarang.

"Kal." Sebuah suara keras terdengar bersamaan dengan pintu kamar yang terbuka.

Kaluna buru-buru menyembunyikan buku yang ia pegang disela-sela buku lain yang ada di meja. Kemudian ia berbalik dan menemukan Kakak perempuannya berdiri di ambang pintu.

"Ada apa, Kak?"

"Mau nolongin Kakak, nggak?"

"Nggak," jawab Kaluna tanpa berpikir.

Dinda, Kakak perempuan Kaluna langsung berdecak keras. Ia berjalan menghampiri Adiknya. "Kamu belum tau aku mau minta tolong apa."

Kaluna duduk di ujung kasur sembari memperhatikan Kakaknya. "Aku mau nolongin, asal ada imbalannya."

"Ya ampun, gitu banget sama Kakak sendiri."

Kaluna mengedikkan bahu. "Terserah sih. Kalo nggak kasih imbalan, aku nggak mau nolongin."

"Nanti aku transfer duit buat kamu beli skincare."

"Sekarang?" Kaluna menatap Kakaknya dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

Mulut Dinda seketika langsung terbuka. Ia hanya bisa geleng-geleng kepala sambil mengeluarkan ponsel dari dalam saku. Ia membuka aplikasi m-banking dan mengirimkan sejumlah uang untuk Adiknya.

Kaluna langsung tersenyum cerah saat mendapati notifikasi uang masuk. "Makasih Kakakku sayang," ucapnya riang. "Oke, Kakak mau minta tolong apa sama aku?"

"Di bawah ada anak temanku. Namanya Ethan. Aku boleh nitipin dia sama kamu, kan?"

"Aku disuruh jaga anak kecil?!" pekik Kaluna terkejut.

Dinda meringis, lalu menganggukkan kepalanya. "Aku udah transfer uang ke kamu. Itu artinya kamu udah setuju mau nolongin aku."

"Emang orang tuanya kemana?"

"Lagi ada keperluan mendesak. Mereka baru pindah ke Surabaya dan belum punya kenalan sama sekali. Dan nggak punya sodara di sini yang bisa dititipin Ethan."

"Kenapa dititip sama Kakak?"

"Kebetulan tadi kami makan siang bareng," jawab Dinda cepat. "Tiba-tiba Mas Dama ditelfon rekan kerjanya. Orang tua Ethan juga ada keperluan mendesak yang nggak memungkinkan untuk ngajak Ethan," lanjutnya menjelaskan. Dama adalah nama suaminya.

"Dan Kak Dinda?" sela Kaluna cepat.

"Awalnya aku berniat jagain Ethan. Tapi barusan aku dapat telfon disuruh ketemu sama klien," ucap Dinda sembari menunjukkan ponselnya.

Kaluna menghela napas lelah. "Sampai jam berapa?"

"Aku nggak tau orang tuanya Ethan bakal jemput jam berapa. Tapi dia tau kok kalo Ethan ada di rumah kita."

"Kak Dinda habis ketemu klien nggak balik ke sini?" tanya Kaluna panik.

Dinda menampilkan cengiran. "Hari ini aku ada kencan sama Mas Dama," jawabnya tanpa dosa. "Habis kencan aku langsung pulang ke apartemen Mas Dama," tambahnya. 

Kaluna mengerang frustrasi. "Mami sama Papi?"

"Mereka lagi sibuk," jawab Dinda. "Yang paling nggak punya kegiatan cuma kamu. Jadi, aku minta tolong banget ke kamu buat jagain Ethan," lanjutnya dengan nada memohon.

"Mana anaknya?"

"Nonton TV di bawah."

Kaluna berjalan keluar kamar. Dengan langkah cepat ia menuruni satu persatu anak tangga. Begitu sampai di anak tangga paling bawah, ia melihat seorang anak laki-laki berambut ikal bewarna hitam, mengenakan kaos polos bewarna biru.

"Itu Ethan," bisik Dinda yang sudah berdiri di sebelah Kaluna. Akhirnya ia melangkah lebih dulu mendekati Ethan. "Ethan, Tante mendadak harus kerja. Kamu sama Tante Kaluna dulu ya. Tante Kaluna baik kok, nggak pernah gigit sama sekali."

"Ayah kapan jemput?"

"Hmmm ... nanti kalo udah selesai kerja, Ayah bakal jemput," jawab Dinda dengan lembut. "Sekarang kamu main sama Tante Kaluna dulu," lanjutnya yang diangguki oleh Ethan.

Kaluna melangkah mendakati Kakaknya dan anak laki-laki bernama Ethan. "Hai, aku Kaluna. Pasti kamu Ethan?"

Ethan menatap perempuan yang baru pertama kali ia lihat. Tanpa sadar kepalanya mengangguk sebagai jawaban.

"Pasti nama panjangmu Etanol, iya kan?" tanya Kaluna sambil tertawa pelan. Tawanya tidak menular ke anak kecil yang ada di depannya. Ethan hanya hanya menatapnya dengan tatapan datar.

Sontak Dinda memukul punggung Kaluna keras. "Garing banget deh bercandaannya. Dia mana ngerti apa itu etanol," bisiknya pada Adiknya. "Tugasmu cuma nemenin dia doang. Jadi nggak usah bertingkah aneh-aneh."

Kaluna berdecak keras. "Yaudah, sana pergi. Nanti keburu telat ketemu sama kliennya," ucapnya mengingatkan.

Mendengar ucapan Kaluna membuat Dinda langsung tersadar dan bergegas lari keluar rumah.

***

Sorry for typo and thankyou for reading❤

Author Note:
Haloooo... aku datang bawa cerita baru. Kalian tau kan artinya kalo aku udah ada cerita baru? Yup, cerita lama akan segera selesai.

Selamat membaca semuanya. Semoga cerita ini sesuai dengan selera bacaan kalian.

The Way I'm Into You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang