Kaluna mondar-mandir di kamarnya dengan menggigiti kukunya cemas. Sebenarnya dia senang karena Aldin dengan gentle meminta izin langsung ke Maminya. Tapi yang tidak habis pikir, kenapa laki-laki itu harus berbohong dengan membawa-bawa nama Dama dan Dinda.
"Aku beneran nggak tau kalo Aldin ngajak aku sama Mas Dama buat ke Malang juga." Dinda meraih pergelangan tangan Kaluna, agar Adiknya itu tidak mondar-mandir lagi.
"Jangankan Kak Dinda, aku aja nggak tau apa-apa."
"Sebelumnya Aldin bilang apa ke kamu?"
Kaki Kaluna kembali berjalan kesana kemari dengan gelisah. "Cuma bilang mau liburan sama Ethan. Terus aku nekat bilang ke Mas Aldin kalo mau ikut."
"Terus kenapa tiba-tiba jadi aku sama Mas Dama ikut kalian ke Malang?"
Kaluna menghentikan langkah kakinya. Tubuhnya menghadap ke jendela yang gordennya sudah terbuka sempurna. "Aku harus nanya langsung ke Mas Aldin."
"Kapan jadwalmu ngajar Ethan?"
"Besok."
"Besok selesai ngajar Ethan, kamu jangan lupa nanya ke Aldin," ucap Dinda ikut berdiri di samping Kaluna.
Kaluna menghela napas berat. Dari tempatnya berdiri, ia bisa melihat langsung rumah Aldin. "Tapi Kak...," ucapnya tiba-tiba. "Aku nggak yakin dibolehin Mami ikut Mas Aldin ke Malang kalo nggak ada Kak Dinda sama Mas Dama," lanjutnya.
Mau tidak mau Dinda harus membenarkan ucapan Kaluna. Akhirnya dia menepuk-nepuk pundak Kaluna, memberi kekuatan pada Adiknya.
Keesokan harinya Kaluna datang ke rumah Aldin untuk mengajari Ethan. Seperti biasanya, ia mengajar hanya sekitar satu jam. Tidak efektif kalau ia mengajar lebih dari satu jam. Terlebih anak yang harus diajar masih seumuran Ethan.
Hari ini Kaluna memberi Ethan tebak-tebakan huruf secara acak. Semua tebakan yang ia berikan bisa dijawab dengan benar oleh Ethan. Setelah memberikan tebak-tebakan, Kaluna juga mengajari Ethan untuk menulis huruf di buku kotak berukuran sedang.
"Ayahnya Ethan belum pulang, ya?" tanya Kaluna sembari memperhatikan Ethan sedang fokus menulis.
Tanpa mengalihkan tatapannya dari buku, Ethan menggelengkan kepala.
Kaluna sengaja datang mengajar lebih sore dari biasanya, berharap bisa bertemu dengan Aldin. Semoga saja tidak lama lagi Aldin akan cepat datang, agar ia bisa mengobrol dengan laki-laki itu. Sembari melamun, tatapan matanya tetap memperhatikan cara Ethan menulis.
"Tante, tolong penghapus." Tunjuk Ethan pada kotak pensilnya.
Kaluna meraih kotak pensil yang ada di dekatnya. Begitu dibuka, ada empat pensil dan dua penghapus di dalamnya. Ia mengambil satu penghapus lalu diberikannya pada Ethan.
"Pelan-pelan aja nulisnya, nggak perlu buru-buru."
Ethan yang mendengar itu hanya mengangguk. "Kata Ayah, aku mau diajak jalan-jalan."
"Oh, ya? Kemana?" tanya Kaluna mengusap puncak kepala Ethan dengan lembut.
Ethan menggeleng. "Ayah nggak bilang mau kemana," jawabnya. "Tapi Ayah bilang kalo jalan-jalannya sama Tante Kaluna."
"Ayah bilang gitu ke Ethan?"
Ethan mengangguk. Setelah selesai menulis semua huruf, ia meletakkan pensilnya. "Tante, aku udah selesai."
Kaluna melihat hasil kerja Ethan. Ada beberapa huruf yang kurang rapi dalam penulisannya, tapi tidak ada satupun yang salah. Kaluna tersenyum senang melihat Ethan yang semakin berkembang. "Pintar banget," pujinya. "Belajarnya udah selesai. Dua hari lagi kita lanjutin belajar yang lain," lanjutnya sembari membantu Ethan membereskan buku dan alat tulisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way I'm Into You [Completed]
Literatura FemininaBermula dari Kakaknya yang menitipkan seorang anak laki-laki bernama Ethan, membuat hidup Kaluna menjadi berubah. Kaluna yang awalnya tidak terlalu suka berhadapan dengan seorang anak kecil, tapi mendadak ia berubah saat melihat Aldin, sosok pria ya...