Bab 16

37.3K 3.1K 77
                                    

Sisa waktu di BNS dihabiskan dengan menaiki wahana-wahana yang tidak berbahaya. Mengingat saat ini Kaluna sedang menstruasi, ia tidak mau mengambil risiko kalau sampai darah tembus di celananya. Sejujurnya ia sedikit kecewa, sebenarnya banyak wahana ekstrem yang masih ingin ia naiki. Salah satunya adalah sepeda gila.

Puas menghabiskan waktu di BNS, akhirnya Aldin mengajak semuanya untuk pulang. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Anaknya juga sudah tertidur di dalam gendongannya karena terlalu lelah bermain banyak wahana.

Dalam perjalanan kembali ke villa, semua yang ada di dalam mobil nampak tertidur pulas kecuali Aldin dan Dama. Kali ini giliran Dama yang mengemudikan mobil, sedangkan Aldin duduk di kursi sebelah Dama. Sampai di villa, Dama langsung membangunkan Dinda dan Kaluna. Berbeda dengan Ethan, justru anak itu tidak dibangunkan, melainkan langsung digendong oleh Aldin.

Pagi harinya Kaluna bangun lebih siang. Karena hari ini adalah menstruasi hari kedua, rasanya ia hanya ingin berbaring di kasur seharian. Tangannya bergerak mengambil ponselnya yang ternyata mati. Ia lupa mengisi daya ponselnya sebelum tidur. Sebelum keluar dari kamar, ia mengisi baterai ponselnya lebih dulu.

Saat keluar dari kamar, Kaluna mendapati kondisi villa terasa sepi. Sepanjang mata memandang, ia tidak melihat siapapun. Seketika ia langsung panik. Ia memanggil-manggil nama Kakaknya, tapi tidak ada sahutan sama sekali.

"Dinda sama Dama barusan keluar," beritahu Aldin yang berjalan keluar dari kamar yang ditempati. Dari kamarnya ia mendengar suara Kaluna yang berteriak-teriak memanggil nama Dinda.

"Terus Ethan mana?"

"Ikut sama mereka."

"Kok Mas Aldin nggak ikut juga?"

"Saya ditugasin nungguin sampai kamu bangun," ucap Aldin sebelum berjalan ke arah sofa di ruang tengah.

Kaluna berjalan menghampiri Aldin, ikut duduk di sebelah laki-laki itu. "Mas, minta tolong chat Kak Dinda dong."

"Kenapa?"

"Mau minta tolong beliin pembalut. Ternyata aku cuma bawa tiga aja. Semalam aku sempat ganti, sekarang cuma sisa satu."

"Kenapa nggak telfon pakai hp sendiri?"

"Baterai hp-ku habis dan semalam lupa nge-charge. Bangun tidur baru aku charge."

Aldin akhirnya menyerahkan ponselnya yang sudah menampilkan ruang chat dengan Dama. "Aku nggak punya nomernya Dinda, cuma punya nomernya Dama."

Kaluna langsung mengetikkan pesan. Begitu selesai, ia mengembalikan ponsel ke Aldin sembari mengucapkan terima kasih.

"Dama udah jawab. Katanya nanti bakal dibeliin sama Dinda."

Kaluna mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar itu. Sesaat hanya ada keheningan diantara Kaluna dan Aldin.

"Kayaknya Dama emang sengaja ngajak Ethan tapi nyuruh saya nunggu di villa."

"Lah, Mas Aldin mau aja disuruh sama Mas Dama," sahut Kaluna dengan cibiran pelan. "Kan bisa aja Mas Aldin ngikut sama mereka. Lagian aku udah gede, nggak perlu ada yang memenin," lanjutnya.

"Nggak papa," sahut Aldin santai. "Saya juga mau stay di villa aja."

"Karena mau nungguin aku bangun?"

Aldin tidak menjawab. Ia memilih mengambil remote yang ada di meja dan mulai menyalakan TV.

Kaluna mendesis kesal melihat reaksi Aldin. Laki-laki itu terlihat jelas tidak mau menjawab apa yang baru saja ia tanyakan.

The Way I'm Into You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang