Bab 17

36K 3.3K 98
                                    

"Saya kira kamu nggak akan datang ngajar Ethan setelah saya tolak."

Gerakan tangan Kaluna yang sedang membereskan alat tulis langsung terhenti. Ia menoleh dan mendapati Aldin sudah duduk di sofa di belakangnya. Ia bahkan tidak sadar kapan laki-laki itu datang. Kemudian ia kembali melanjutkan kegiatan untuk membereskan alat tulisnya, mengabaikan ucapan Aldin.

"Ethan tetap butuh belajar. Aku nggak mungkin tiba-tiba berhenti ngajarin Ethan cuma gara-gara ditolak sama Mas Aldin," ucap Kaluna tanpa menatap Aldin. Setelah semua beres, Kaluna berdiri dan menggendong tas ransel kecilnya. Tatapannya tertuju lurus pada Aldin. "Karena aku udah selesai ngajarnya, sekarang aku mau pamit pulang dulu. Nanti tolong pamitin juga ke Ethan. Soalnya tadi dia lagi sakit perut makanya buru-buru ke kamar mandi."

Aldin mengangguk sekilas.

Kaluna melenggang pergi begitu saja tanpa menoleh ke Aldin sedikitpun. Perasaan kesal masih kentara jelas dari raut wajah Kaluna. Beruntung ia punya pekerjaan menumpuk, sehingga ia tidak punya waktu untuk menggalau. Dengan bekerja ia berharap bisa melupakan rasa sakit hati karena habis ditolak oleh Aldin.

"Kok udah pulang?" tanya Mami melihat Kaluna sudah ada di rumah.

"Mami kok juga udah pulang?" Bukannya menjawab pertanyaan Maminya, Kaluna malah balik bertanya.

"Kepala Mami agak pusing, makanya pulang duluan," jawab Mami sembari menepuk sofa di sebelahnya yang kosong, meminta Kaluna untuk duduk di sebelahnya. "Kamu kok udah pulang?" Mami kembali bertanya setelah anaknya duduk di sebelahnya.

"Aku kan ngajar Ethan emang cuma satu jam aja. Jadi, selesai ngajar aku langsung pulang."

"Kaluna...," panggil Mami sembari mengambil sebelah tangan anaknya untuk ia pegang. Ia berusaha menyusun kalimat di kepalanya sebelum diucapkan. "Kemarin Mami ketemu sama teman Mami. Kebetulan waktu mau pulang, temannya Mami dijemput sama anaknya. Mami juga diantarin pulang sekalian."

Kaluna diam dengan wajah bingungnya. Ia sepertinya sudah mengerti kemana arah pembicaraan Maminya.

"Terus Mami nanya-nanya dong sama anak temannya Mami. Maklum, jiwa kepo Mami bergejolak. Ternyata anak teman Mami cuma beberapa tahun lebih tua dari kamu. Dan yang terpenting dia single," beritahu Mami dengan antusias. 

"Emang ganteng?"

Mami mengerjapkan matanya, tidak menyangka dengan tanggapan yang akan keluar dari mulut anaknya. Tanggapan Kaluna sangat berbeda dari yang ia perkirakan. Kemudian ia mengangguk semangat sebagai jawaban. "Ganteng banget. Kamu nggak perlu khawatir sama selera Mami. Gini-gini Mami bisa bedain mana yang ganteng dan mana yang nggak."

"Oke," sahut Kaluna sekanannya. Ia sudah tidak ada tenaga untuk melanjutkan percakapan ini lebih panjang. Daripada menolak, lebih baik ia mengiyakan semua ucapan Maminya.

"Kamu mau kan dikenalin sama dia?"

Kaluna menghela napas panjang. "Terserah Mami aja."

Mami langsung memeluk Kaluna erat. "Yaudah kalo gitu. Nanti Mami bantu atur waktu buat kalian bisa ketemuan."

Kaluna melepaskan dirinya dari pelukan Maminya. "Aku mau ke kamar dulu, ada video yang harus aku edit."

"Yaudah, kamu ke kamar aja," ucap Mami masih dengan senyuman lebar di wajah. "Nanti kalo waktunya makan malam, Mami panggil kamu."

"Iya."

***

Aldin tidak mengalihkan tatapannya dari mobil hitam yang ada di depan rumah Kaluna. Bukan mobil hitam yang menjadi perhatiannya, melainkan sosok Kaluna dengan memakai dress putih selutut yang keluar dari mobil itu. Tak lama ada sosok laki-laki yang menyusul turun dari mobil. Untuk beberapa menit Aldin benar-benar memperhatikan gerak-gerik dua orang itu yang sedang mengobrol di dekat mobil.

The Way I'm Into You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang