Bab 1

65.4K 4.5K 41
                                    

Semula Kaluna hanya berbaring di kasur sembari bermain game di ponsel. Ia bosen karena tidak memiliki kegiatan yang harus dilakukan. Sampai ia tidak sadar sudah hanpir satu jam ia sibuk dengan ponselnya.

Tiba-tiba Kaluna mendengar bel rumahnya berbunyi. Ia langsung mengintip dari jendela kamarnya yang mengarah langsung ke depan rumahnya. Dari jendela kamarnya, ia bisa melihat Dinda sedang membuka pagar dan berjalan masuk ke rumah. Menyadari kalau penampilannya yang masih kucel, Kaluna melompat turun dari kasur. Kakaknya pasti akan mengomelinya saat tahu jam segini ia masih belum keluar kamar. Padahal jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi.

Akhirnya Kaluna mengambil handuk yang ia jemur di balkon dan berlari menuju kamar mandi. Secepat kilat ia mencuci muka dan menyikat giginya sebelum turun ke bawah menyambut kedatangan Kakaknya.

Sampai di lantai bawah, Kaluna tidak menemukan keberadaan Kakaknya di ruang tengah. Ia memutuskan melangkah ke ruang makan, dan ternyata Kakaknya sudah duduk di salah satu kursi dengan sebuah laptop yang sudah terbuka. Pasti Kakaknya sedang mengerjakan pekerjaannya.

Kaluna berjalan melewati ruang makan begitu saja untuk menuju dapur. Ia menyiapkan dua kopi dingin untuk dirinya dan Kakaknya. Ia membawa kopi itu ke ruang makan dan satu kopi ia taruh di samping laptop Kakaknya.

Dinda mengalihkan pandangannya dari layar laptop saat melihat sebuah gelas di samping laptopnya. "Baru bangun, ya?" tanyanya dengan nada tajam.

"Harusnya bilang makasih dulu karena udah aku bikinin kopi."

"Kamu nggak bisa dikasih ucapan terima kasih. Takutnya ngelunjak nanti."

Kaluna mendengus. "Tumben main ke sini?" tanyanya. "Udah tiga hari Kak Dinda nggak ke sini. Mami sama Papi kangen tau," lanjutnya.

"Tadi habis ada perlu di dekat sini," jawab Dinda sambil meminum kopi yang dibuatkan Kaluna. "Mami sama Papi yang kangen, atau kamu yang kangen?" lanjutnya menggoda.

Kaluna berdecak pelan. "Lagi sibuk ya, Kak?" tanyanya melirik ke arah laptop yang terbuka.

Dinda menyipitkan matanya. "Menurutmu?" desisnya tajam.

Kaluna terkekeh. "Hmmm ... waktu itu kenapa Ethan cuma dijemput sama Ayahnya aja?" tanyanya tanpa basa-basi. Setelah menitip Ethan padanya, Kakaknya sudah tiga hari tidak datang ke rumah. Padahal ada hal penting yang ingin ia tanyakan secara langsung.

Baru saja Dinda hendak mengetik di laptop, tapi ia urungkan. "Kenapa nanya kayak gitu?" tanyanya curiga.

"Ayahnya Ethan ganteng, Kak," ucap Kaluna dengan wajah berbinar.

"Terus?"

Kaluna berdecak keras. Punggungnya ia sandarkan ke sandaran kursi. "Aku cuma mau tau statusnya Ayahnya Ethan."

"Buat apa?"

"Kalo emang single, kan bisa aku gebet," jawab Kaluna jujur. "Takutnya kalo aku keburu suka, tapi ternyata suami orang, kan nanti urusannya repot. Aku gak mau jadi pelakor," lanjutnya.

Dinda menyingkirkan sedikit laptopnyacagar bisa menatap wajah Kaluna dengan leluasa. "Kamu suka sama Aldin?"

Kaluna mengedikkan bahunya. "Nggak tau," jawabnya cepat. "Tapi aku tertarik. Soalnya Ayahnya Ethan kelihatan ganteng, gagah dan dewasa banget," lanjutnya.

"Emang waktu Aldin jemput Ethan, kalian sempat ngobrol?"

Kaluna mengangguk semangat. "Ngobrol bentar sambil nungguin Ethan bangun."

Tidak banyak yang dilakukan Kaluna bersama Ethan. Ia hanya duduk di samping Ethan yang sibuk menonton kartun. Karena Kaluna tidak terbiasa berhadapan dengan seorang anak kecil, jadi ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Untung saja Ethan tipe anak yang tidak banyak tingkah. Satu jam menemani Ethan menonton, tiba-tiba lengannya terasa berat. Ia melirik ke samping, ternyata Ethan sudah tertidur sambil bersandar di tubuhnya.

The Way I'm Into You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang