Epilog

45.4K 2.6K 39
                                    

Kriteria pacar idaman Kaluna:
1. Cowok yang usianya lebih tua. Pokoknya jangan tua-tua banget. Mungkin lima atau enam tahun lebih tua, bolehlah
2. Kaya raya. Nggak perlu kaya raya sampe tujuh turunan, yang penting hidupnya makmur dan nggak numpuk hutang
3. Kalo bisa sih yatim piatu. Kalopun gak yatim piatu, orang tuanya nggak ribet dan sayang sama aku
4. Anak tunggal. Semisal kalo punya sodara, maunya cowok aja. Soalnya kalo punya sodara cewek takut suka ikut campur
5. Tentu saja harus cinta mati sama aku
6. Sehat jasmani dan rohani
7. Pintar dan enak diajak ngobrol
8. Udah itu dulu. Nanti kalo ada tambahan langsung aku tulis lagi

Aldin tidak bisa menahan senyumnya saat membaca deretan tulisan di buku milik Kaluna. Menurutnya semua poin yang dituliskan Kaluna di buku ada pada diri Aldin.

Saat ini Aldin sedang berada di dalam kamar Kaluna. Perempuan itu tengah tertidur pulas dengan tubuh berbalut selimut. Setelah mendapat kabar Kaluna sedang jatuh sakit, ia langsung datang ke sini. Ia bertemu orang tua Kaluna dan disuruh untuk masuk ke kamar Kaluna. Setelah makan malam bersama yang dilakukan beberapa hari lalu, Mami dan Papi Kaluna bersikap lebih hangat padanya. Bahkan membiarkannya untuk masuk ke kamar Kaluna dengan syarat pintu kamar tidak boleh ditutup rapat.

"Mas Aldin?" Kaluna mengerjapkan matanya, memastikan ia tidak salah lihat.

"Udah bangun?"

Kaluna mengangguk. "Mas udah dari tadi?"

"Barusan." Aldin menarik kursi agar bisa duduk di sebelah kasur Kaluna. "Saya habis baca ini." Tangan Aldin terangkat, menunjukkan sebuah buku bersampul ungu terang.

Kaluna sontak panik. Ia bangun dari posisi tidurnya. "Mas Aldin dapat dari mana?!"

"Meja belajarmu."

"Jangan dibaca!"

"Terlanjur," sahut Aldin dengan tersenyum. "Saya udah baca halaman pertama sampai terakhir. Ini buku tahun berapa?"

Kaluna menunduk malu. "Itu diary jaman aku masih alay."

"Kriteria nomor satu, kamu mau punya cowok yang lebih tua dari kamu." Aldin mulai membacakan kriteri pertama yang ditulis oleh Kaluna. "Karena itu kamu suka banget sama saya? Karena usia saya di atas kamu?"

Kaluna diam, merasa malu harus menjawab pertanyaan Aldin.

"Poin nomor dua kaya raya," ucap Aldin lagi. Kemudian ia menatap Kaluna dengan tatapan geli. "Hmmm ... sebenarnya saya bukan tipe orang kaya raya yang tiap hari bisa hamburin duit sampai ratusan juta. Tapi tenang aja, kalo buat jajanin kamu gorengan atau tahu bulat, saya masih mampu," lanjutnya dengan terkekeh.

Kaluna mencebik. "Kalo mau jajanin tuh barang branded."

Aldin hanya mengulum senyum. "Kriteria selanjutnya yatim piatu," ucapnya meneruskan membaca buku yang sedang ia pegang. "Kebetulan orang tua saya sudah meninggal. Jadi, keinginan kamu nggak mau punya mertua bisa terwujud," lanjutnua

Kaluna entah harus merasa senang atau sedih mendengar kalimat yang diucapkan Aldin.

"Hmmm ... kriteria selanjutnya harus anak tunggal." Aldin menatap Kaluna sesaat, sebelum akhirnya ia melanjutkan ucapannya. "Tapi sayangnya saya bukan anak tunggal."

"Mas Aldin punya saudara?"

Aldin mengangguk. "Tapi sudah meninggal."

Lagi-lagi Kaluna bingung mengekspresikan apa yang ia rasa. Tidak mungkin ia memasang tampang senang di saat Aldin mengatakan bahwa saudara laki-laki itu sudah meninggal.

"Kriteria selanjutnya nggak usah diraguin lagi. Kalo saya nggak cinta sama kamu, saya nggak akan susah payah berjuang buat dapatin restu Mami sama Papi."

The Way I'm Into You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang