Bab 5

46.5K 3.7K 34
                                    

Saat yang lainnya sibuk makan, Kaluna malah sibuk memandangi Aldin. Tatapannya tidak beralih sedikitpun dari wajah tampan Aldin. Bahkan tanpa sadar bibirnya menyunggingkan senyum seperti layaknya orang bodoh. Sedang sibuk memandangi wajah tampan Aldin, tiba-tiba ia merasakan lengannya dicubit pelan oleh Dinda yang duduk di sebelah kanannya.

"Kamu jangan bikin malu," tegur Dinda mendesis dengan suara pelan.

"Bikin malu apa sih?" tanya Kaluna dengan berbisik.

"Kamu ngelihatin Aldin kayak mau nerkam dia."

Kaluna mencibir. "Biarin aja sih. Kapan lagi bisa lihatin cowok ganteng duduk di depanku?"

"Kalian ini lagi ngobrol apa sih kok bisik-bisik kayak gitu?" tanya Mami saat sadar dua anak perempuannya sibuk berbisik-bisik.

Kaluna memandang Dinda. Ternyata Kakaknya itu juga sedang menatapnya.

"Gak ngobrolin apa-apa kok, Mi," jawab Dinda cepat.

"Maaf kalo saya ngerepotin," ucap Aldin membuka suara.

"Nggak repot kan, Mi?" tanya Dama menatap mertuanya.

Mami menggeleng. "Tante malah senang kalo banyak yang makan di rumah ini," jawabnya.

"Lagian rumah kalian belum sepenuhnya bersih. Kalo kamu sama Ethan makan di sana, malah nanti makanannya campur sama debu," ucap Dinda menimpali.

"Oh ya, kapan kalian mulai pindah?" tanya Mami menatap Aldin.

"Mulai minggu depan," jawab Aldin dengan sopan.

"Kenapa pindahnya nunggu minggu depan? Kenapa nggak mulai besok?" tanya Kaluna yang membuat semua yang ada di meja makan menatapnya. "Maksudku, lebih cepat pindah kan lebih baik," lanjutnya dengan cengiran.

"Karena saya masih harus nunggu Ethan pindah dari sekolah lamanya," jawab Aldin memberi penjelasan.

Kaluna yang mendenggar jawaban Aldin lantas membulatkan bibirnya.

"Aldin nggak perlu sungkan ya. Kalo emang nantinya butuh bantuan, bisa pencet bel rumah Tante," ucap Mami tersenyum. "Sekarang kita tetangga. Sudah sewajarnya kalo tetangga saling bantu," lanjutnya.

"Benar banget," sahut Kaluna semangat. "Mas Aldin juga bisa minta tolong ke aku kalo butuh bantuan." Tepat setelah mengatakan itu, pahanya dipukul keras oleh Mami yang duduk di sebelah kirinya.

"Kamu tiap dimintai tolong Mami buat cuci piring sama setrika aja nggak pernah mau, sok banget mau nolongin Aldin."

Kaluna menggerutu. "Mami kok ngomong kayak gitu sih?" tanyanya mendesis. "Bikin malu aja deh," lanjutnya lirih.

Mami kembali memfokuskan "Pokoknya Aldin kalo butuh sesuatu langsung datang aja ke rumah Tante. Atau kalo kamu mungkin mau nitipin Ethan juga boleh."

"Mami sibuk, nggak mungkin bisa dititipin Ethan," celetuk Dinda.

Mami menggaruk kepalanya. "Benar juga."

"Nanti Ethan ada Bibi yang jagain kok, Tan," sahut Aldin.

"Syukur kalo udah ada yang jaga. Pokoknya jangan ditinggal sendirian kalo kamu lagi kerja," ucap Mami memberi nasihat.

Aldin mengangguk.

"Ayah, makanku sudah habis." Ethan yang dari tadi diam saja kini mulai bersuara. "Mau cuci tangan." Ethan menunjukkan tangannya yang terkena saos.

Kaluna langsung berdiri menyebabkan kursi yang didudukinya bergerak ke belakang. "Biar sama aku. Kebetulan aku juga mau cuci tangan."

Mami sontak melirik Kaluna curiga. "Makan aja belum, masa mau cuci tangan?"

The Way I'm Into You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang