Adeline tertatih-tatih berjalan menuju kamar mandi. Dia merasakan sakit yang luar biasa di bagian sela kedua kakinya. Dia tidak bisa berjalan dengan tegak dan dia harus berpegangan pada dinding untuk menopang tubuhnya yang lemah.
Di depan kamar mandi, rasa mual yang datang begitu kuat membuatnya langsung membuka pintu kloset dan memuntahkan isi perutnya dengan deras. Meskipun perutnya sudah terasa kosong, perasaan mual itu tak kunjung mereda, meninggalkan rasa tidak nyaman yang sangat menyiksa.
"Sakit banget. Kamu jahat, Bian. Kenapa kamu tega melakukan ini sama aku?"
Tubuh Adeline berjongkok di depan toilet, tubuhnya terasa lemas tak berdaya dikuasai oleh rasa sakit yang luar biasa. Wajahnya pucat dan keringat dingin membasahi dahi dan lehernya. Ia memegang perutnya yang mual dengan salah satu tangan, sementara tangan yang lain menekan rasa sakit yang menusuk-nusuk di selangkangannya yang terluka. Darah merembes dari lukanya, membasahi celana dalamnya, bercampur rasa sakit membuat tubuh kecil itu melemas.
"Sekarang, aku kotor," Adeline berkata dengan suara lemah." Hidupku hancur."
Punggung Adeline menempel di sisi dinding kamar mandi, tubuhnya masih lebam dan pegal. Air mata mengalir di pipi pucatnya. Dia mulai menangis dan merasakan dunia di sekelilingnya berantakan. Dia tidak percaya pria yang sangat dia cintai bisa memperkosanya. Kini masa depannya hancur.
"Aku nggak mau hidup lagi," Adeline berkata dengan suara parau. "Aku ingin mati."
Gadis kecil itu terkulai di lantai, masih menangis sesenggukan. Adeline merasa tidak berdaya. Tubuhnya bergetar hebat dan kepalanya berputar. Dia tidak bisa lagi menahan rasa sakit dan kelelahan yang luar biasa. Adeline akhirnya pingsan, tak sadarkan diri.
Beberapa saat kemudian, Adeline terbangun dalam keadaan lemah dan bingung. Dia merasa tubuhnya tidak lagi miliknya, seperti ada kekuatan lain yang mengendalikannya. Dia melihat dirinya berada di kamar tidur, di mana Bian sedang duduk sambil mencoba mengganti pakaiannya.
"Bian...," Adeline bergumam kaget, suaranya terdengar berat. Dia kemudian mencoba untuk bangun, meraih selimut di atas tempat tidur lalu membungkus tubuhnya dengan selimut dengan erat.
Bian sedikit terkejut melihat reaksi sikap Adeline.
"Apa yang kamu lakukan lagi, Bian? Aku bisa sendiri! Sekarang kamu cepat keluar dari kamar!" teriak Adeline dengan suara lantang. Wajahnya memerah dan dia merasakan pipinya memanas. Dia merasa malu kalau Bian sampai melihat tubuhnya yang telanjang.
"Tadi kamu pingsan. Bajumu kotor. Jadi aku mau menggantinya," jawab Bian dengan nada datar, memberikan alasan atas tindakannya tadi.
"Serampangan! Kamu pikir kamu siapa yang seenaknya mengganti pakaianku!"
Tangan Adeline terangkat dengan gemetar, menampar pipi Bian beberapa kali. Setelah itu, dia merangkak mundur, tubuhnya gemetar masih menutupi dirinya dengan selimut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crash Into You (On going)
RomanceAdeline, gadis muda yang cantik merasa hidupnya hancur karena hubungan cinta yang beracun. Dia tidak lagi mengenali dirinya sendiri. Apakah dia akan mampu menemukan cinta sejatinya dan bangkit kembali?