22. A Week of Silence

232 4 0
                                    

Satu minggu tanpa kabar dari Adeline membuat Daffa uring-uringan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu minggu tanpa kabar dari Adeline membuat Daffa uring-uringan. Pertanyaan tentang apa yang terjadi dengan gadis itu memenuhi pikirannya. Biasanya Adeline selalu rajin mengirim voice note dan pesan chat, tapi belakangan ini tidak ada kabar sama sekali. Janji mereka untuk pergi ke toko buku pun seakan dilupakan. Adeline tidak menghubunginya untuk pergi bersama di waktu yang sudah ditentukan. Daffa menduga Adeline marah atas sikapnya kemarin di mall.

Ketakutannya semakin besar ketika Adeline tak kunjung datang untuk belajar bareng bersama Misya adiknya di rumahnya. Biasanya, Adeline selalu antusias untuk belajar sama Misya. Namun, kali ini tidak lagi. Daffa merasa Adeline tidak ingin menemuinya lagi.

Di balik mejanya, bayangan Adeline memenuhi pikiran Daffa. Perasaan bersalah dan khawatir menyelimuti hatinya. Dia ingin segera menyelesaikan pekerjaannya dan mencari Adeline untuk menjelaskan semuanya.

Daffa menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. Tumpukan laporan setinggi gunung Everest di atas mejanya mengancamnya. Deadline semakin dekat, seperti jarum jam yang bergerak tanpa henti menuju jam 12. Dia harus menyelesaikan analisisnya, menyusun presentasi, dan mengirim email ke kliennya sebelum jam 5 sore. Tumpukan kertas itu bagaikan monster raksasa yang siap menerkamnya, deadline waktu bagaikan bom waktu yang siap meledak.

Akhirnya, Daffa mulai memacu diri, mengetik analisisnya dengan cekatan dan teliti. Jari-jarinya menari di atas keyboard, bagaikan pianis yang memainkan melodi yang rumit. Sesekali, ia mengecek email dan telepon dari klien dan kolega yang terlibat. Memastikan semuanya berjalan sesuai rencana.

Di tengah kesibukannya, Daffa tak henti-hentinya berdoa, memohon kelancaran dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dia juga menanti pesan masuk dari Adeline, berharap mendapat kabar baik darinya

Namun, ketika Daffa sedang serius mengerjakan pekerjaannya, Daffa dikejutkan oleh ketukan seseorang dari balik pintu.

"Masuk," sahut Daffa tanpa mengalihkan pandangannya dari layar komputer.

Pintu terbuka dan sekretarisnya Rini masuk dengan membawa map biru di tangannya.

"Maaf mengganggu, Pak Daffa," kata Rini dengan sopan. "Ini ada schedule baru untuk rapat dengan dewan direksi besok."

Di hadapannya, Rini berdiri dengan anggun. Gaun hitam selututnya yang polos dihiasi kalung liontin. Rambutnya yang panjang diikat rapi menjadi sanggul, dan wajahnya yang cantik dihiasi makeup.

Daffa mendongak dari layar komputernya. "Rapat dengan dewan direksi? Kenapa saya tidak diberitahu sebelumnya?"

"Maaf, Pak. Emailnya mungkin terkirim ke spam folder. Saya sudah memindahkannya ke inbox."

Crash Into You (On going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang