Adeline meringkuk di sudut halte, gemetar memegang ponsel. Percakapan dengan Bian membuatnya mual, meski tak ada kata kasar yang terucap. Bian berbicara lembut dan romantis, memanggilnya dengan sebutan manis yang dulu membuat hatinya berbunga, tetapi kini justru membuatnya merinding. Setiap kata manis Bian berujung pada permintaan yang semakin besar, membuat dompetnya kian terkuras hingga menipis.
Semuanya berawal dari hal sepele: membayar makan malam, traktiran kopi, atau mengganti tiket bioskop yang katanya tertinggal. Awalnya, Adeline merasa wajar membantu pacarnya, tetapi seiring waktu, permintaan Bian semakin meningkat. Dia meminta laptop untuk proyek musik, padahal Bian lebih sering bermain game. Kemudian, ia merengek butuh motor, lalu beralih ke kredit mobil. Adeline pun setuju, terpengaruh janji Bian tentang masa depan mereka.
Puncaknya, Bian meminta Adeline menyewa apartemen mewah untuk mereka dan permintaan pinjaman uang untuk proyek bandnya semakin sering datang. Awalnya kecil, tetapi lama-lama menggunung. Tanpa sepengetahuan Adeline, Bian mulai menggunakan kartu kreditnya. Ketika Adeline mengeluh, Bian hanya memasang wajah sedih. "Aku cuma mau kita sukses bareng-bareng, Sayang. Masa kamu nggak mau lihat aku berhasil?" Rasa bersalah membuat Adeline selalu setuju.
Segalanya dimulai saat mereka pacaran, tanpa kecurigaan sedikit pun. Adeline menerima sebotol minuman dari Bian, yang dia kira perhatian kecil. Tanpa disadari, minuman itu dicampur obat tidur.
Beberapa menit kemudian, tubuhnya terasa lemas, dunia berputar dan hanya samar-samar ia melihat senyum Bian. Pria itu membelai rambutnya dan mengucapkan kata-kata yang tidak jelas sebelum segalanya menjadi gelap.
Saat terbangun keesokan paginya, tubuh Adeline terasa lengket dan lelah. Begitu ia melihat sekeliling, ia menyadari bahwa dirinya tak berbusana dan Bian sedang memeluknya erat. Dengan senyum hangat, Bian berbisik, "Kamu cantik saat tidur, Sayang," sambil mengecup kening.
Seketika Adeline berteriak, tubuhnya bergetar tak terkendali. Sejak kejadian itu, hidupnya berubah drastis.
Awalnya, Bian berhasil membuat Adeline percaya bahwa hubungan fisik dalam pacaran adalah tanda cinta sejati. Namun, seiring berjalannya waktu, Adeline mulai menyadari bahwa Bian hanya memanfaatkannya.
Adeline sebenarnya ingin mengakhiri hubungan ini, tetapi latar belakang keluarganya yang penuh masalah membuatnya merasa terperangkap. Orang tuanya bercerai, ibunya bersikap kasar, ayahnya selalu sibuk, dan kakak laki-lakinya menunjukkan kebencian padanya. Bian yang dulu menjadi pelarian, kini justru menjadi beban. Saat Adeline mencoba pergi, ancaman dari Bian di ponsel membuatnya semakin takut.
"Kamu berusaha mencoba menghancurkan hidupku ya sayang?"
"Apa ini?"
"Hai sayang...."
Detik berikutnya, mobil Bian meluncur ke halte, klaksonnya menggema menembus kesunyian siang yang mencekam. Senyum nakal terukir di wajahnya saat ia mendekat, napasnya memburu cepat, bagai predator yang siap menerkam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crash Into You (On going)
RomanceAdeline, gadis muda yang cantik merasa hidupnya hancur karena hubungan cinta yang beracun. Dia tidak lagi mengenali dirinya sendiri. Apakah dia akan mampu menemukan cinta sejatinya dan bangkit kembali?