17. Heart Beat

194 4 0
                                    

Aroma bumbu masakan menguar dari kantong kresek yang dijinjing Adeline

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aroma bumbu masakan menguar dari kantong kresek yang dijinjing Adeline. Senyumnya mengembang saat Misya muncul di ambang pintu dengan rambut cepol dan celemek dapur bermotif semangka. Celemek itu agak miring karena Misya baru saja mencuci banyak piring.

"Lin, akhirnya!" Misya berseru, memeluk Adeline erat. "Masuk cepat, aku nggak sabar bikin pesta BBQ malam ini!"

Adeline membalas pelukan Misya dengan senyum tak kalah sumringah. Menyingkirkan helai rambut yang tergerai, memperlihatkan kaos oblong putih bergambar kartun, dibalut oleh cardigan bulu pink lembut, senada dengan warna roknya yang setinggi lutut dan sepasang sepatu putih kets bergaris pink.

"Iya, tapi kita perlu daging wagyu untuk steak. Seafood, bakso, dan sosis juga nggak boleh ketinggalan!"

"Gampang, tinggal gaspol ke supermarket dekat sini." seru Misya, matanya berbinar nakal. Celemek dapur yang agak basah bertengger di pinggulnya, kontras dengan tank top merah dan celana pendek hitamnya. Dia menyambar kantong kresek Adeline seperti perampok ulung, lalu menarik sahabatnya masuk ke ruangan rumah istananya.

"Yuk, kita masuk ke dalam!"

Pintu rumah besar itu terbuka lebar, menyambut kedatangan Adeline. Langit-langitnya tinggi dan dihiasi lampu gantung kristal yang berkilauan. Cahayanya yang lembut menerobos masuk melalui jendela-jendela besar yang terbuat dari kaca patri berwarna putih kristal jernih. Lantainya terbuat dari marmer putih yang bersih dan mengkilap dengan pola-pola geometris yang rumit. Gorden-gorden putih yang lembut menutupi jendela-jendela, membuat ruangan terasa sejuk dan nyaman. Misya menuntun Adeline melewati ruang tamu yang luas. Ruangan itu didominasi oleh sofa-sofa besar berwarna krem yang dilapisi kain satin mewah. Di atasnya, tergeletak sosok pria yang tertidur pulas.

Misya menunjuk pria itu dengan senyum menggoda. "Liat! Benarkan apa yang kubilang. Kalo weekend kaya gini, pasti kak Daffa molor. Gak bakal mau tuh dia ngapa-ngapain, selain waktunya jam sholat."

"Oh."

Saat Adeline dan Misya melewati sofa, Adeline tidak bisa menahan diri untuk tidak melihat Daffa lebih dekat. Dia melihat pria itu tertidur dengan tenang, rambutnya yang hitam legam terurai di atas bantal. Di dadanya, ada buku novel romance yang terbuka.

Adeline terpesona dengan penampilan Daffa. Pria itu memiliki wajah yang tampan dengan hidung mancung dan bibir tipis yang sensual. Dia juga memiliki tubuh yang atletis, terlihat dari otot-otot di lengan dan dadanya yang tercetak jelas di balik kaos hitam yang dikenakannya.

Tapi, ada sesuatu yang berbeda dari penampilan Daffa hari ini. Dia terlihat begitu polos dan menggemaskan, seperti bayi yang tertidur lelap. Pipinya kenyal terlihat memerah dan bibirnya yang tipis tampak menganga sedikit. Adeline tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum.

"Baru kali ini aku liat Kak Daffa polos dan menggemaskan gitu." Adeline bergumam dalam hati. "Biasanya, terlihat dingin dan serius."

"Eh, tapi pasti Kak Daffa capek banget sih kerja tiap minggu. Jadi ini wajar aja sih dia balas dendam dengan tidur seharian."

Crash Into You (On going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang