Perasaan gelisah Daffa semakin meningkat saat dia memasuki ruang perawatan. Udara dingin yang menusuk kulitnya membuatnya tersentak. Matanya langsung tertuju pada mesin infus yang bersenandung pelan di samping tempat tidur pasien. Bau disinfektan yang menyengat memenuhi rongga hidungnya.
Daffa menarik napas dalam untuk menenangkan diri. Dia berjalan perlahan ke arah tempat tidur pasien. Dia melihat Adeline terbaring disana dengan mata tertutup rapat. Pipi pucatnya tampak semakin pucat di bawah pantulan cahaya putih ruangan. Kelopak matanya yang bengkak dan merah menunjukkan bahwa dia habis menangis. Bibir bergetar, dahi berkeringat menandakan dia sedang sedang tidak sehat.
Sebenarnya, Daffa lega saat melihat Adeline masih hidup. Namun, rasa lega itu bercampur dengan kekhawatiran yang mendalam. Keadaan Adeline terlihat sangat lemah. Wajahnya pucat pasi, matanya sayu, dan tubuhnya kurus kering. Terlebih lagi, ketika mengetahui dirinya hamil, Adeline semakin terpuruk. Dia menangis sepanjang waktu dan baru tertidur setelah diberi obat penenang.
Dengan suara serak, Daffa mendekati ranjang Adeline. "Permisi, aku masuk, ya? Apa kamu sudah bangun?" tanyanya. Tetapi Adeline tidak merespons. Dia masih terbaring dengan wajah terlelap.
"Oh, ternyata masih tidur. Eh? Maaf, aku izin, ya."
Saat Daffa berjalan mendekat ke tempat tidur Adeline, dia melihat tangan Adeline terjatuh dari selimut. Selang infusnya pun ikut terjatuh. Daffa segera meraih tangan Adeline dan ingin meletakkannya kembali di atas selimut agar selang infusnya tidak terlepas dari posisinya.
"Eh, panas!"
Tiba-tiba, Daffa merasakan ada yang aneh di tangannya. Tangan Adeline terasa panas, seperti terbakar. Daffa tersentak dan segera melepaskan tangan Adeline. Bau keringat yang menyengat terpancar dari Adeline. Daffa menoleh ke Adeline. Gadis itu terlihat sangat pucat dengan wajah yang penuh keringat. Daffa semakin khawatir melihat kondisi Adeline yang semakin memburuk.
"Ya Tuhan, dia demam."
Kekhawatiran Daffa yang terlihat dari matanya yang merah dan sembab karena kurang tidur membuatnya meletakkan tangannya di kening Adeline. Matanya terbelalak saat merasakan suhu tubuh Adeline yang sangat panas mengeluarkan uap membuat seluruh rambutnya basah oleh keringat.
"Suhu tubuhnya tinggi sekali," kata Bian dengan cemas. "Aku harus berbuat sesuatu."
Tubuh Daffa beranjak dari tepi tempat tidur dengan cepat. Dia menarik napas panjang dan berusaha untuk tetap tenang. Dia tahu bahwa Adeline sedang sakit. Dengan cepat, dia berjalan ke arah dispenser mengambil air panas dan menuangkannya ke dalam mangkuk. Lalu, dia celupkan handuk ke dalam air panas dan memerasnya hingga tak terlalu basah. Setelah itu, dia kembali ke ranjang gadis kecil itu.
"Maaf, aku kompres dulu, ya." Daffa meletakkan handuk hangat di kening Adeline dan mengusapnya dengan lembut. Dia berharap kompres tersebut dapat menurunkan demam Adeline sebelum dokter memberikan obat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crash Into You (On going)
RomanceAdeline, gadis muda yang cantik merasa hidupnya hancur karena hubungan cinta yang beracun. Dia tidak lagi mengenali dirinya sendiri. Apakah dia akan mampu menemukan cinta sejatinya dan bangkit kembali?