18. Finding My Hero

225 4 0
                                    

Bau asap menggelitik hidung Daffa saat dia melangkah ke taman belakang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bau asap menggelitik hidung Daffa saat dia melangkah ke taman belakang. Daging yang baru dibeli dari supermarket tadi sudah bertengger di atas panggangan, siap dipanggang hingga mengeluarkan suara sizzling yang menggoda. Adeline dengan cekatan mengipas api, sementara bakso dan sosis menanti giliran di atas bara.

"Kak Daffa?"

Kedatangan Daffa tak luput dari perhatian Adeline. Matanya yang jeli menangkap sosok pria itu berdiri di sampingnya. Sentuhan tak sengaja di sisi bahu mereka membuat tubuh Adeline menegang tak bergerak.

"Iya?"

Senyum Daffa yang menawan mampu menghangatkan suasana malam yang dingin. Adeline terpaku sejenak, terpesona oleh ketampanan dan penampilan Daffa yang begitu memukau. Di bawah sinar bulan, kulit putih Daffa bersinar, memancarkan aura yang mempesona. Postur tubuhnya yang tinggi dan tegap membuat Adeline merasa kecil saat berdiri di sampingnya, hanya mencapai sedagunya.

"Nggak apa-apa, Kak."

Pipi Adeline memerah. Kemeja putih polos longgar yang dikenakan Daffa sedikit terbuka di bagian dada, memperlihatkan otot-ototnya yang terbentuk sempurna. Rambutnya yang hitam legam tersapu angin malam, membuatnya semakin sexy dan tampan. Di bawah kemeja itu, Daffa memakai celana pendek jeans yang memperlihatkan kakinya yang jenjang dan berotot. Sandal jepit yang dipakainya tidak mengurangi pesonanya sedikitpun.

"Oh."

Daffa menjawab singkat dengan senyum yang semakin lebar, kali ini lebih menawan dari sebelumnya. Deretan giginya yang putih dan rapi terlihat jelas, bagaikan mutiara yang berkilauan. Dia menggerakkan tangannya menyisir rambutnya ke belakang, membuat Adeline terpaku menelan ludah.

"Bantuin kita, Kak!" Misya, adik Daffa, menimpali, menarik kakaknya dengan penuh semangat."Cek tingkat kematangan steaknya. Kami pengen medium rare!"

"Boleh. "

Kepalanya menunduk. Gerakannya tenang, tanpa terburu-buru. Dia melipat lengan bajunya hingga ke siku, memperlihatkan otot-otot lengannya yang terbentuk sempurna. Matanya kembali tertuju pada steak yang ada di atas panggangan, mengamati tingkat kematangannya.

"Ehm?"

Tangan Daffa bergerak, mengambil spatula dan penjepit mengangkat dan membolak-balikan steak dengan gerakan yang presisi. Matanya yang tajam terpaku pada permukaan daging, mengamati bagian bawahnya yang kini berwarna cokelat keemasan dengan garis-garis grill yang indah. Daffa memastikan apakah perubahan warna dan tingkat kematangannya sudah sempurna sesuai yang diinginkan.

"Sebentar lagi. Sabar."

Daffa meletakkan kembali steak di atas panggangan, menambahkan sedikit bumbu dan rempah-rempah untuk menambah cita rasa. Dia memutar panggangan agar steak matang merata. Misya dan Adeline tak henti-hentinya menelan ludahnya.

Crash Into You (On going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang