30. Her Silent Goodbye

66 1 0
                                    

Suara denting jam di dinding menjadi satu-satunya yang menemani Daffa malam itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara denting jam di dinding menjadi satu-satunya yang menemani Daffa malam itu. Sudah seminggu Adeline menghilang. Awalnya, ia mengaku akan menginap di rumah kerabatnya, namun ternyata ia tak pernah sampai ke sana. Setiap menit yang berlalu hanya menambah kepanikan Daffa.

Beberapa hari sebelumnya, Daffa menerima video dari Arman, penyelidik pribadi yang ia sewa. Video itu memperlihatkan pertengkaran penuh emosi antara orang tua Adeline. Suara ayahnya terdengar keras, membentak, mengungkit masalah kenakalan Adeline serta hutang kredit yang terus bertambah sejak ia menjalin hubungan dengan Bian, kekasihnya.

"Ini pasti gara-gara cowok itu. Dia pasti ada sangkut pautnya," gumam Daffa, rahangnya mengeras. Jari-jarinya lincah mengetikkan kontak di layar kembali dan dalam sekejap, suara Arman terdengar di speaker ponsel.

"Arman, saya butuh informasi seseorang lagi. Cari tahu segala sesuatu tentang dia, termasuk alamat dan rekening banknya. Saya akan kirimkan fotonya," perintah Daffa tegas.

Arman tak banyak bicara, hanya menjawab cepat, "Baik, Mas Daffa. Segera saya selidiki."

Setelah menutup telepon, Daffa segera membuka akun media sosial Adeline lewat akun Misya. Dengan cepat, ia mengetik nama Adeline dan profilnya pun muncul. Foto-foto ceria Adeline yang dulu selalu membuat tenang, kini malah membuat dadanya sesak. Dia menggulir lebih jauh, hingga matanya terpaku.

Di situ, tampak Adeline dan Bian berpose mesra. Mereka tersenyum di pantai, tertawa di konser, bahkan tampak saling menggenggam tangan di sebuah kafe. Daffa menarik napas dalam-dalam, berusaha menahan amarah yang semakin membuncah. Di setiap foto, Adeline terlihat bahagia, berbeda jauh dari gambaran situasi yang Adeline alami.

Daffa kemudian mencari akun Bian, tapi hanya menemukan foto profil kosong tanpa jejak Adeline. Informasi yang tertera pun sangat minim dan tak jelas. Cepat-cepat, ia mengambil tangkapan layar salah satu foto Bian dari profil Adeline, lalu mengirimkannya ke Arman.

"Ini fotonya. Gali semua informasi tentang latar belakang keluarga dan pekerjaannya. Sekaligus sosial medianya. Periksa juga transaksi yang mencurigakan, terutama yang berhubungan dengan kartu kredit ayah Adeline dan Adeline sendiri. Aku ingin tahu ke mana uang itu mengalir dan apa yang udah dia lakukan dengan Adeline," tambahnya, suaranya terlihat cemas.

"Dimengerti. Saya akan segera bekerja," jawab Arman, seorang penyelidik yang dikenal ahli dalam mengumpulkan informasi.

Waktu seolah bergerak lambat, setiap menit terasa begitu lama bagi Daffa. Setelah tiga jam menunggu, akhirnya ponselnya berdering, menandakan pesan masuk. Arman melaporkan temuan awalnya: Bian ternyata memiliki catatan buruk. Banyak utang yang menumpuk, dan pria itu sering memanfaatkan perempuan. Menurut Arman, Bian dikenal sebagai perusak kehormatan yang tak segan menguras korban-korbannya secara emosional dan finansial, lalu meninggalkan mereka dalam keadaan hancur.

Arman juga menambahkan bahwa Bian memiliki catatan kekerasan dan sering memanipulasi voting di kompetisi musik. Latar belakang keluarganya pun cukup kelam, dengan ibunya tewas misterius dan ayahnya koma akibat serangan tak terpecahkan.

Crash Into You (On going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang