Jarum jam sudah menunjukkan pukul 01.00 dini hari, tetapi Adeline dan Bian masih terjaga. Adeline dan Bian duduk berdampingan di sofa empuk di apartement baru milik Bian, menikmati film romantis favorit mereka. Cahaya temaram lampu gantung menciptakan atmosfer yang lembut dan intim, seakan hanya ada mereka berdua di dunia ini. Di bawah selimut hangat, mereka saling berpegangan tangan, tersesat dalam kisah cinta yang ditampilkan di layar TV. Meski waktu berlalu dan film yang ditonton telah berakhir, momen seperti ini tidak boleh dilewatkan begitu saja. Mereka ingin merayakan cinta mereka.
"Sayang, setiap hari tuh aku kangen banget sama kamu," bisik Bian lembut.
Kepala Adeline mengangguk, kemudian bersandar di bahu Bian, menikmati kehangatan tubuhnya. Bian meletakkan tangannya di pinggang Adeline, menariknya lebih dekat. Mereka saling tersenyum, mata mereka penuh gairah.
"Aku juga, Bee. Aku juga kangen banget sama kamu."
Adeline merasakan jantungnya berdebar kencang saat mendengar bisikan Bian. Dia memejamkan matanya, menikmati kehangatan suara Bian.
"Kalo gitu, aku mau kamu malam ini. Boleh?" Bian memeluk Adeline dengan erat, tangannya menyelusup di bawah baju Adeline, merayapi punggungnya dengan lembut.
Adeline tersipu saat tangan Bian menyentuh kulitnya, sensasi aneh yang selalu dia rasakan saat kekasihnya dekat, menyatu dengan detak jantungnya yang berdebar di dadanya. Bian yang ada di belakang, merasakan hembusan napas Adeline di lehernya. Mereka saling menatap dan Adeline tahu bahwa Bian menginginkan hal yang sama dengannya.
"Boleh," kata Adeline, suaranya bergetar. "Lakukan aja apa yang kamu mau, Bee."
Bian tersenyum gembira. Dia membuka kancing baju Adeline dengan perlahan, satu per satu, mengagumi kulitnya yang bersih dan putih. Kemudian, dia mendorong Adeline ke sofa, membuka bajunya sendiri, dan membenamkan dirinya di pelukan kekasihnya, meninggalkan tanda jejak merah di mana-mana.
Adeline memejamkan mata, menikmati sentuhan Bian di kulitnya. Dia merasakan detak jantungnya yang berdebar kencang dan napasnya yang terengah-engah. Dia merasa begitu dicintai dan diinginkan oleh Bian.
"Ahhh, aku menyukainya, tubuh kamu emang sangat indah, Adeline."
Desahan Bian yang membelai telinga Adeline membangunkan semua titik sensitif dalam diri gadis itu. Jantung Adeline berdebar makin kencang saat dia menyadari Bian melakukan semua ini hanya untuknya seorang. Adeline bisa merasakan betapa besarnya rasa cinta Bian kepadanya.
"Tapi, kamu bodoh. Aku bosan kamu seperti ini terus. Pelacur di luar sana lebih berpengalaman daripada kamu tau!!!"
Namun, tiba-tiba Bian berubah menjadi monster yang mengerikan, seperti singa kelaparan yang matanya memancarkan kengerian. Dia menerkam Adeline dan melumat bibirnya hingga pecah dan berdarah. Dengan gigi-giginya yang tajam juga, dia mencabik-cabik leher dan tubuh Adeline bagaikan binatang buas yang sedang berburu. Tubuh Adeline penuh dengan luka lebam juga robek, dan setiap sentuhan Bian menyisakan bekas kekejaman yang mendalam. Adeline berteriak kesakitan, tetapi Bian tidak peduli. Dia terus menyiksa Adeline tanpa ampun, hingga Adeline merasakan sakit yang luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crash Into You (On going)
RomanceAdeline, gadis muda yang cantik merasa hidupnya hancur karena hubungan cinta yang beracun. Dia tidak lagi mengenali dirinya sendiri. Apakah dia akan mampu menemukan cinta sejatinya dan bangkit kembali?