5

470 17 1
                                    

2 MINGGU KEMUDIAN

"Ala, nanti kalo udah sampe langsung masuk aja ya, Asya di kamar lagi ngelukis,"

Gadis itu lalu terdiam menaruh beberapa cat warna dalam paletnya. Sedangkan di sebrang sana seorang lelaki yang tengah terduduk di atas motor sportnya tersenyum manis mendengar penuturan sang pacar.

Ya, hubungan mereka sudah beralih menjadi pacar, ternyata membuka hati bagi keduanya tak sesulit yang mereka bayangkan. Hubungan yang masih terbilang dini itu bahkan terlihat hubungan-hubungan seperti remaja normal lainnya, bukan hubungan atas dasar keterpaksaan.

"Oke, kamu mau nitip apa sayang?" Tanya Arta lalu bangkit dari motor sportnya itu. Ia memberikan selembar uang kepada penjual dihadapannya.

Hari ini hari Sabtu, mereka berdua tengah libur sekolah. Hari yang pas untuk bermain bersama. Mungkin akan menjadi kebiasaan Arta datang di hari libur untuk sekedar bertemu, bermain ataupun bercerita tentang satu sama lain.

Siapa yang tak tau couple goals baru yang di kenal sangat bucin satu sama lain itu saat ini? Seorang gadis cantik pendiam yang berpacaran dengan leader anggota gang motor yang terkenal cool itu?

Orang bilang hubungan mereka seperti cerita-cerita wattpad. Namun dibalik itu semua, hubungan mereka terjadi karna sebuah kesalahan yang fatal. Sebuah kesalahan yang bisa saja merenggut masa depan mereka berdua.

Meskipun bayang bayang itu masih menghantui mereka berdua, keduanya mencoba saling mengerti dan memahami. Bahkan sepertinya malah Arta yang sudah benar-benar jatuh cinta pada Asya dahulu.

"Aku lagi ga pengen apa-apa Al," Jawab Asya setelah terdiam sejenak.

Arta mengangguk. Seolah Asya melihat dirinya dari sebrang sana. Ia menoleh ke pedagang pedagang sekitarnya. Tak mungkin ia tak membawa apapun ke rumah pacar kesayangannya itu. Walaupun Asya tak meminta Arta tetap akan membelikan beberapa jajanan untuk pacarnya itu.

Seperti saat ini, satu bungkus kresek berisikan beberapa Takoyaki sudah berada di tangannya.

"Kamu bilang kemaren rabu pengen siomay kan? Masih pengen gak?" Tanya Arta yang tak sengaja melihat gerobak siomay yang tak jauh dari dirinya.

"Ish, itu aku bilang waktu hari Rabu, kamu juga udah beliin langsung. Ga usah beli apa apa Al, aku lagi diet!!"

"Diet?" Tanya Arta langsung dengan ekspresi wajah yang tiba-tiba terlihat kesal.

Asya terkekeh di sebrang sana. "Ngga haha bercanda, aku lagi males jajan aja."

"Oh, ok. Aku tutup Yang," Jawab Arta lalu langsung menutup telfonnya sepihak.

Gadis itu menggeleng kecil lalu menaruh ponselnya di atas meja. Ini waktu dirinya untuk melukis.

Setelah beberapa lama menit berlalu, motor sport hitam milik Arta terhenti di sebuah halaman rumah yang tak cukup besar. Rumah minimalis dengan pagar kayu satu meter yang menghiasi halaman rumahnya.

Laki-laki itu menatap sebuah jendela yang ia ketahui adalah kamar milik gadisnya itu. Terlihat jelas gadis itu tengah terduduk serius sambil memoleskan beberapa warna di kanvas putih itu.

Sudut bibirnya terangkat. Arta sengaja tak mengetuk pintu agar gadisnya itu tak terganggu karna kehadirannya. Lagipula Asya terlihat tengah memakai penutup telinga.

Dan benar saja. Gadis itu sama sekali tak menyadari Arta yang sudah berada di belakangnya. Arta menaruh beberapa keresek jajanan yang sengaja ia beli tadi di meja. Ia duduk di tepi ranjang Asya sambil mengamati gadisnya yang tengah melukis itu. 5 menit berlalu, gadisnya masih tak menyadari kehadirannya.

ARTALARIICKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang