10

351 13 5
                                    


Bell pulang sekolah baru saja berbunyi, kini kelas Asya tengah ricuh memasukan buku bukunya ke dalam tas, sang guru pun sedang menunggu murid musiknya di depan sana.

"Ya. Asya sama Erion jangan lupa buat dateng ke kantor ya! Yang lainya boleh pulang! Selamat sore!" Ucap guru itu lalu keluar dari kelas IPA 1.

Asya menoleh pada Erion. Laki-laki itu tengah melepas kacamata lalu menyimpannya di kotaknya. Erion memang bukan orang yang harus memakai kacamata kemana-mana, dirinya masih bisa berjalan tanpa kacamata.

"Gue udah ditunggu Uzi di parkiran Sya, gue duluan ya!" Ucap Zoya.

"Hm, hati-hati"jawab Asya

Zoya tersenyum lalu berlari kecil keluar dari kelas, Erion menoleh menatap Asya lalu mengode untuk segera berjalan.

Keduanya berjalan berdampingan dengan Asya yang tengah mengotak atik ponselnya. Ia harus memberi tau Arta jika Ia di panggil ke kantor. Jika tidak laki-laki itu akan mencak-mencak perkara tak dikabari.

"Sya, gue mau nanya sesuatu sama lo" Ucap Erion membuat Asya menoleh.

"Hm, apa?" Tanya Asya.

Erion berbelok. Membawa Asya ke lorong sepi. Laki-laki itu memegang kedua tangan Asya membuat Asya mengerutkan dahinya bingung.

"Ke-napa?" Tanya Asya.

"Lo-hamil?" Pertanyaan itu mampu membuat Asya terkejut sekaligus mematung.

Mengapa Erion menanyakan hal ini? Jujur saja Ia masih belum menunjukan tanda tanda kehamilan, tapi-kenapa Erion bisa menanyakan hal itu?

"E-engga! Kamu kenapa sih? Ga usah ngaco Er" Ucap Asya terdengar kikuk.

"Kalo engga kenapa lo nerima dia? Lo bukan tipe orang yang gitu Sya." Jawab Erion.

"Y-ya karna aku suka sama dia!" Jawab Asya.

Erion menggelengkan kepalanya keras. "Suka? Dari segi mana lo suka dia? Visual? Gue tau lo! Gue tau lo yang selalu mentingin masa depan lo Sya! Dengan lo milih dia aja gue cuma bisa nemuin dia faktor kemungkinan lo nerima dia. Yang pertama lo cuma main main, yang kedua lo hamil. Dan faktor pertama itu bukan lo. Itu sama sekali bukan lo" Jawab Erion.

"Aku belum hamil Er" Jawab Asya.

Gadis itu menunduk tak berani menatap Erion. Sedangkan Erion terdiam sejenak. Belum?

"Lo sama dia ngelakuin itu?" Tanya Erion.

Asya mengangguk, "itu semua ga sengaja. Dia mabuk waktu itu, dan aku ga bisa apa apa, tenaga aku ga sekuat dia." Jawab Asya. Air matanya turun satu persatu.

Hati Erion memanas. Sudah Ia duga. Erion menarik Asya kepelukanya, mengusap bahu Asya lembut membuat gadis itu mulai kembali terisak.

"Lo belum ada tanda tanda kehamilan?" Tanya Erion yang langsung di angguki oleh Asya.

"Gue Tanya sekali lagi, Lo mau nerima anak itu kalau lo bener-bener hamil nanti? Jangan bohong Sya." Ucap Erion lagi.

Perlahan namun Erion dapat merasakan gelengan dari Asya. "Aku masih mau kuliah Er," Jawab Asya sedikit tersendat.

"Gugurin anak itu. Gue bakal nerima lo. Mau lo udah rusakpun gue bakal tetep nerima lo. Tanpa adanya anak itu lo bisa capai apa yang lo mau. Kita bisa kuliah bareng nanti. Lo ga mau kan masa depan lo rusak gara gara anak itu? Lo mau nunjukin kan ke ayah lo kalo lo itu anak yang bisa di banggain? Menurut lo ayah lo bakal bangga kalo dapet kabar lo hamil? Engga Sya."

ARTALARIICKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang