14

107 5 0
                                    

Hari ini Asya memutuskan untuk menjenguk Erion. Mau bagaimana pun laki-laki itu sahabatnya. Ia seperti ini pun karna dirinya. Memang, Arta sudah melarangnya keras untuk menemui Erion. Namun Asya kekeh, pernikahan mereka akan dilaksanakan minggu depan. Setidaknya Erion harus tau itu. Dan ia juga ingin meminta maaf.

Hanya berniat sebentar saja ia menemuinya, namun Arta kini malah sudah marah padanya. Padahal Asya sama sekali belum beranjak pergi. Laki-laki itu masih bergelayut manja di tangan Asya.

"Sebentar aja Ar," Ucap Asya kesekian kalinya.

Seolah menuli, Arta malah memeluk pinggang Asya posesif. Laki-laki itu mengeratkan pelukanya sampai Asya merasa sesak.

"Sakit perut aku–"

Mendengar itu Arta langsung melepaskannya. Ia menatap Asya dengan tatapan tidak sukanya.

"Kamu beneran ga sayang sama aku ya?" Ucap Arta.

"Ga usah ngaco, aku cuma mau jenguk Er, dia masuk rumah sakit juga gara-gara kamu," Jawab Asya.

"Oh gara-gara aku?" Asya terkekeh gemas. Anak itu mencubit kedua pipi Arta lalu menciumnya bergantian.

Bibir Arta berkedut menahan senyum. Ia tak boleh luluh hanya karna dia ciuman dipipi.

"Boleh ya? Sebentar, sama kamu juga kan?" Ucap Asya.

"Di sini cium dulu," Ucap Arta memanyunkan bibirnya.

Asya tertawa lalu mencium sejenak bibir itu. Merasa ada kesempatan Arta menarik badan Asya sampai terjatuh ke pangkuanya.

"Arta ish!"

"Dia mantan kamu sayang," Cicit Arta.

"Terus kenapa kalo mantan aku? Kamu kan calon suami aku, masa takut kalo aku ketemu masa lalu aku?" Jawab Asya.

Arta tersenyum mendengarnya, laki-laki itu mengecup gemas pipi Asya lalu menganggukan kepalanya.

"5 menit pulang!" Ucap Arta.

"30 menit," Jawab Asya.

"Ngga! Kelamaan! 10 menit, iya atau ngga sama sekali?!"

Asya hanya bisa menghela nafas lalu menganggukan kepalanya pasrah. Arta memang laki-laki posesif.

•••

"Er ga boleh dijenguk?" Tanya Asya sedikit terkejut.

"Iya Nona, keluarga pasien melarang orang lain untuk menjenguk pasien. Hanya keluarga yang diperbolehkan untuk menjenguk."

Kenapa tidak ada yang boleh menjenguknya? Apa karna keadaanya yang parah? Asya menoleh menatap Arta yang tengah menahan senyumnya. Matanya memincing curiga kepada Arta.

Apa ini ulah Arta? Tapi tidak mungkin juga laki-laki itu pelakunya.

"Tuhan aja ga bolehin kamu ketemu tu cowok bangsat sayang," Ucap Arta.

Asya mendengus kesal. Sepertinya ada yang janggal disini. Tapi mau bagaimana lagi. Tidak mungkin juga ia memaksa masuk.

"Ya udah ayo pulang," Jawab Asya.

"Em, gimana kalo sekalian kamu cek?" Tanya Arta menahan tangan kanan Asya.

Asya yang paham terdiam, tiba-tiba keringat dingin membasahi tubuhnya. Jujur saja ia belum sanggup untuk mengetahui itu. Dan juga ia belum merasakan keanehan dalam tubuhnya.

ARTALARIICKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang