13

117 4 0
                                    


Sebelumnya manteman, kalau ada typo tandain ya,soalnya ini aku abis nulis langsung publish..

Udah gitu aja!! Hope u like it!!

•••

"Ayah gadis itu sudah ditemukan Al,"

Mendengar penuturan itu Arta langsung menolehkan wajahnya. Tadi pagi ia terpaksa pergi ke kantor sang ayah karna sang ayah bilang akan ada yang ia bicarakan. Hari ini hari sabtu, seharusnya ia bersama dengan Asya bukan malah menunggu meeting sang ayah sampai 2 jam dan baru bertemu sekarang.

"Kamu mau melaksanakan pernikahan itu kapan?" Tanya Raden lalu duduk di kursi kebesarannya.

Arta yang masih tak percaya pun terdiam tak mengucapkan sepatah katapun.

"Fredrick Husain, dia pengusaha di Singapura. Dulu ia teman SD Papah. Sebenarnya Papah juga gak tau kalau dia itu ternyata teman papah." Ucap Raden kala tak mendengar jawaban dari sang anak.

"Dia, setuju buat jadi wali?" Tanya Arta.

"Ya, dengan kesepakatan bisnis" Jawab Raden cepat.

"Sekarang dia dimana?" Tanya Arta lagi.

"Dia masih di Singapura, maka dari itu Kau harus menentukan tanggal terlebih dahulu, dia sibuk." Jawab Raden.

Arta kembali terdiam, ia memutar-mutarkan ponselnya di tangan lalu menatap sang ayah dengan tatapan berfikir nya.

"Secepatnya, apa bisa diurus dalam satu minggu?" Pertanyaan itu membuat Raden agak terkejut. Namun setelah itu ia tertawa sambil bertepuk tangan.

"Aku menyukainya. Akan ku suruh orang mengurusnya. Jangan lupa untuk memberi tahu calon istrimu itu Al."

•••

Asya kini tengah terdiam menatap lukisan yang baru saja selesai ia buat. Butuh 2 minggu lukisan ini selesai. Selain karna waktu luang yang sedikit, Asya juga membuatnya agak sedikit besar.

Hanya sebuah lukisan seorang gadis di tengah padang rumput saja. Namun Asya menaruh banyak makna di lukisan itu.

"Kenapa sih lo tergila-gila banget sama ngelukis Sya?" Tanya Zoya yang sedari tadi hanya menatap Asya dari ranjang milik Asya.

Gadis itu menginap untuk berkeluh kesah tentang Uzi pada Asya. Mereka benar-benar putus, bahkan Zoya masih memiliki mata bengkak saat ini.

Asya menoleh lalu tersenyum, "Aku bukan tergila-gila ngelukis kok, cuma suka ngelukis aja." Jawab Asya.

"Tapi lukisan lo banyak banget! Bisa di jadiin museum tau gak?!" Jawab Zoya.

Asya terkekeh. Ia mengedarkan pandangannya. Memang iya, bahkan kamarnya hampir penuh dengan lukisan.

"Lukisan itu tempat aku cerita. Jadi wajar kalo lukisan aku banyak" Jawab Asya.

"Kenapa lo gak cerita ke gue aja?" Tanya Zoya.

Asya hanya menjawab dengan senyuman. Ia beranjak untuk mencuci tangannya. Baru saja berjalan dua langkah ia mendengar suara motor berhenti di depan rumahnya. Ia tau itu Arta.

"Loh!! Lo bilang dia ga kesini!" Ucap Zoya.

"Aku juga ga tau, tadi dia bilang mau ke kantor papahnya," Jawab Asya.

Zoya mendengus kesal, ia lalu menarik selimut Asya untuk menutupi dirinya. Asya hanya menggelengkan kepalanya lalu keluar menemui Arta.

"Sayang.." Laki-laki itu menghamburkan pelukannya pada Asya.

ARTALARIICKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang