6

461 13 0
                                    

Arta memarkirkan motornya di rumah yang setiap hari sudah pasti ia kunjungi. Rumah Asya. Sebelum turun ia mengambil permen kiss agar tak ada bau rokok yang menempel pada dirinya.

Asya dan kedua orang tuanya melarang Arta untuk merokok, namun kejadian tadi membuat Arta ingin sekali mengesap walaupun sedikit.

Tok! Tok!

Jam sudah menunjukan pukul 8 malam, namun ia yakin gadisnya belum tertidur dan masih berkutat dengan buku bukunya.

Berbeda dengan Arta yang tidak terlalu bodoh dan tidak terlalu pintar, Asya adalah gadis yang termasuk pintar dan selalu mendapat ranking 3 besar paralel.

Cek lek

Pintu terbuka sedikit, sebuah mata muncul dari celah pintu itu. Arta tau itu gadisnya. Sudut bibirnya terangkat bersamaan pintu itu terbuka dengan lebar.

"Kak Arta? Ngapain malem malem?" Tanya Asya.

"Ga boleh?" Tanya Arta melirik ke dalam rumah Asya. Asya terkekeh sebagai jawaban. Melihat itu Arta kembali tersenyum lebar.

"Kangen Sayang,"ucap Arta lalu memeluk gadisnya itu tiba-tiba.

"Kangen? Baru tadi ketemu!" Jawab Asya.

"Emang ga boleh?" Tanya Arta.

Asya tersenyum, pacarnya itu memang selalu seperti ini. Entah apa yang membuat Arta hobi bermain kerumahnya, padahal Asya bukan tipe orang yang asik. Namun kemudian Asya mencium sebuah bau yang tak asing dari Arta. Asya menatap Arta sejenak.

"Kak Arta makan permen Kiss ya?" Tanya Asya.

"Hm, kamu mau?" Tanya Arta melepaskan pelukannya.

"Mau!" Jawab Asya cepat.

Cup!

Kecupan di pipi kanan Asya membuat Asya terdiam. Asya menatap Arta kesal. Hendak protes Arta malah mengucapkan sesuatu.

"Kamu masih belajar ya? Aku pengen main, boleh?" Tanya Arta dengan wajah tanpa dosanya.

Asya yang masih kesal, masih terdiam sambil menimang-nimang permintaan Arta.

"Katanya minta Kiss," Jawab Arta yang tau gadisnya itu kesal.

"Bukan Kiss itu ih!" Sebal Asya.

Arta terkekeh, "Aku bisa ngasihnya itu, permenya abis." Jawab Arta lalu menyengirkan giginya.

Asya membrengut, menghela nafasnya kesal kemudian ia menganggukan kepalanya.

"Ya udah, ayo masuk. Di luar juga dingin. Tapi jam 9 pulang ya!" Titah Asya.

Arta melengkungkan bibirnya ke bawah, bermain hanya satu jam? Untuk apa?! Ia tidak akan puas!

"Em.. Jam 10 gimana?" Cicit Arta sambil memainkan tangan Asya.

"Setengah sepuluh, kalo ga mau ga usah main."

Arta mengangguk cepat. Asya terkekeh lalu masuk terlebih dahulu sedangkan Arta menyusul setelah menutup pintu.

••••

"Mentada mentadu bagaimana Gavin tidur?!"tanya Uzi kepada sebuah belakang yang ia letakan di tangannya. Sebuah belalang berwarna hijau.

Belalang itu terdiam tak bergerak sedikitpun membuat remaja laki-laki bernama Uzi Baskara itu membrengut kesal.

"Jawab ga lo! Gue mutilasi juga lo!" Ancam Uzi pada Belalang itu.

"Zi, tu cengcorang udah teler gara gara lo kocok kocok di toples. Lo ga liat dia udah sekarat?" Jawab Kaivan lalu menghisap rokoknya.

"Iya kah? Gue cekokin paramek kira kira sembuh ga?" Ucap Uzi yang langsung di tatap sinis oleh Kaivan.

ARTALARIICKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang