2

1K 12 0
                                    


Seorang gadis yang tengah berjalan melewati jalan sepi itu tak henti-hentinya merapalkan doa doa perlindungan. Ini hari sialnya. Harusnya ia sudah pulang sedari tadi. Kini jam sudah menunjukan pukul 11 malam membuat dirinya berkali-kali merutuki dirinya sendiri.

Asya atau Varsya Jemima gadis berusia 17 tahun, yang di kenal sebagai gadis pintar dan pendiam itu baru saja pulang dari pekerjaan paruh waktunya. Ada sedikit problem yang mengharuskan dirinya lembur sampai hampir tengah malam.

Terlihat jalanan sepi dan tak ada satu kendaraan pun yang lewat saat ini. Tiba-tiba ada lampu tersorot dari belakang Asya. Asya menoleh. Dua titik lampu dari kejauhan menyorot pada dirinya. Awalnya Asya kira itu adalah motor, namun ternyata sebuah mobil yang mengarah pada dirinya dengan sangat kencang. Tunggu––––sangat kencang?!

"AA!!!"

Ckitt!

Jantung Asya seolah berhenti berdetak. Mobil itu hanya menabrak baju yang Asya kenakan. Satu centi lagi, satu centi lagi mobil itu sukses menghantam tubuh Asya.

Mata Asya melirik ke bagian pengemudi. Seorang laki-laki dengan rambut acak acakan yang memakai baju lengan pendek berwarna hitam.

Laki-laki itu menatap Asya dengan tatapan datarnya. Tatapan datar yang seolah-olah mengisyaratkan bahwa hal barusan adalah bukan apa apa.

Badan Asya melemas, pandangannya memburam dan berakhir dirinya pingsan di sana saat itu juga.

•••

Kini Arta tengah berada di apartemennya, jam sudah menunjukan pukul 1 dini hari. Arta menatap seorang gadis yang berada di bawahnya itu tanpa bosan. Tangannya memegang sebuah botol alkohol yang sedari tadi ia minum.

Wajahnya sudah memerah karna minuman itu. Bahkan kini dirinya seolah tak sadar tengah menindih badan gadis yang bahkan sama sekali tak ia kenal.

Gadis yang tiba-tiba pingsan di hadapan mobilnya tadi.

"Var sya, Je mi ma." Gumam Arta membaca nametag di baju yang Asya pakai.

Ia tertawa kecil, "Cantik," Ucapnya lalu kembali meminum minumannya.

Sedangkan Asya, gadis itu masih terdiam seolah tengah tertidur sangat pulas. Apa kejadian tadi sangat mengejutkannya? Jawabannya tidak. Asya kini tengah berpura-pura pingsan karna ia merasakan takut untuk membuka matanya.

"Lo harus jadi pacar gue. Lo harus jadi pacarnya Ala." Jawab Arta menunjuk wajah Asya.

"Kenapa ga bangun bangun? Apa harus gue cium dulu kaya putri tidur?" Arta mengedipkan matanya berkali-kali. Ia menatap bibir ranum milik Asya. Ia benar-benar mabuk saat ini.

"Gue cium ya biar lo bangun," Ucap Arta lagi.

Asya yang merasakan ancaman akan segera datang, ia membuka matanya lalu mendorong badan Arta. Arta terdorong kesamping membuat Asya berhasil lolos dari Arta.

Namun belum sempat lari dari sana tangan Asya kembali tertarik membuat dirinya kembali terjatuh di ranjang big size itu dan membuat Arta kembali mengungkung tubuh gadis itu.

"Mau kemana?" Tanya Arta dengan suara rendahnya.

"Minggir!! Aku mau pulang!!" Jawab Asya seraya memukuli dada bidang Arta.

Arta yang sedikit kesal menarik kedua tangan Asya lalu menguncinya di atas kepala Asya.

"Kenapa pulang? Hm? Kenapa mau pulang?" Tanya Arta lalu mulai mengendus leher jenjang milik Asya.

"Jangan lakuin itu! Aku mohon!" Ucap Asya.

"Kenapa? Aku suka wanginya." Jawab Arta tanpa memindahkan posisi kepalanya. Bahkan kini ia mulai menciumi leher itu membuat Asya menoleh tak tahan.

ARTALARIICKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang