15

122 5 0
                                    


Hujan tiba-tiba datang. Seorang laki-laki yang sedari tadi santai duduk di depan sebuah toko obat pun kini beranjak masuk ke toko.

"Tumben ujan," Gumamnya.

Laki-laki bernama Gheo itu menoleh menatap seorang remaja berseragam sekolah yang tengah tertidur dengan topi yang menutupi wajahnya.

"Heh! Tidur lo? Ga balik? Lo bilang bakal ada ulangan!" Ucap Gheo menendang kaki yang tak lain adalah milik Altair Danuarta. Laki-laki irit bicara yang merupakan inti Gen'z yang jarang sekali kumpul bersama inti Gen'z. Altair memang suka bersinggah di sebuah apotik depan sekolah untuk membolos. Selain ia mengenal sang pemilik, ruangan ini juga berAC menyamankan dirinya untuk tidur tenang.

Laki-laki itu mendengus lalu memiringkan badannya memunggungi Gheo. Hendak kembali membangunkan, namun tiba-tiba ada seseorang yang datang untuk membeli obat.

"Kak, ada obat ini?"

Merasa mengenal suara itu Altair menoleh, menatap gadis yang masih berseragam sekolah itu. Seragamnya basah, bahkan ia juga meneteskan banyak air dari bajunya.

"Oh–em oke sebentar," Jawab Gheo. Sebenarnya ia agak terkejut karna gadis itu membeli obat yang merupakan obat penggugur kandungan. Walaupun memang fungsi utama obat itu bukan untuk penggugur kandungan. Namun Gheo sudah paham setiap orang yang membelinta itu untuk mengugurkan janin.

"Kamu, ga mau mikir dua kali? Dia, anak kamu loh?" Ucap Gheo.

Perempuan yang tak lain adalah Asya itu mendongak,ia hanya menatap Gheo dengan tatapan kosongnya. Merasa tak boleh ikut campur Gheo pun menyerahkan obat itu pada Asya.

Anak itu menerimanya dan langsung pergi setelah membayar. Ditatap nya gadis itu dengan kasihan oleh Gheo. Pasti anak itu hasil dari kesalahan.

"Dia beli obat apa?" Tanya Altair memecah keheningan.

"Kepo lu, privasi pelanggan gue itu." Ucap Gheo.

"Dia ga beli penggugur kandungan atau semacamnya kan?" Tanya Altair.

"Kok lo tau?"

Altair langsung bangkit, ia berlari mengikuti Asya tanpa mendengar teriakan teriakan dari Gheo.

"Jangan-jangan tu anak bapaknya lagi?!" Gumam Gheo.

•••

Srek!

Dengan menerobos hujan dan berlari, Altair berhasil merebut obat itu dari tangan Asya. Asya yang mendapat perlakuan tiba-tiba menoleh menatap Altair lemah namun kemudian terkejut lalu memundurkan langkahnya.

"Kamu–"

"Lo mau gugurin kandungan lo? Kurang apa sih lo?" Cerah Altair tak suka menatap Asya.

"Bukan urusan kamu! Balikin obat aku!" Ucap Asya menaikan satu nada bicaranya.

Hendak merebut kantong kresek obat itu Altair menaikan tangannya agar anak itu tak bisa menggapainya. Tangannya merogoh ponselnya lalu menghubungi Arta untuk memberi tahu hal ini.

"Kamu mau apa sih?! Jangan telfon Arta!! Aku ga mau dia tau!! Matiin!! Kamu gak ngerti! Kalian semua ga ngerti rasanya jadi aku!! Semuanya bakal hancur kalo dia hidup!! Aku ga mau!! Dia emang udah seharusnya ga ada!! Hiks!"

Altair sebenarnya iba, namun mengugurkan janin itu adalah hal yang salah. Terlebih janin itu anak dari salah satu sahabatnya.

"Denger lo? Gue ada di timur apotik Bang Gheo." Ucap Altair lalu mematikan panggilan itu.

ARTALARIICKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang