"Gimana? Gimana cara gugurinnya?" Jawab Asya.
"Kamu–"
"Gugurin?"
Keduanya menoleh, mendapatkan Arta yang tiba-tiba keluar dari balik tembok. Asya memejamkan matanya. Saat hendak mengucapkan sebuah kata Arta terlebih dahulu memukul wajah Erion.
"BANGSAT!!! LO MAU MATI HAH?!" Teriak Arta sembari memukul Erion membabi buta.
Erion tak tinggal diam, ia melawan sehingga Adu jotos tak terelakan. Asya membeku, bingung harus melakukan apa. Ia menoleh ke sekitar. Namun tak ada siapa pun yang bisa Asya mintai pertolongan.
"STOP!! KALIAN STOP!!" teriak Asya yang hanya di anggap angin lalu oleh keduanya.
Asya pergi mencari siapapun yang bisa membantunya, tak jauh dari Asya berdiri iq melihat Liam dan Saga dan Gavin yang tengah menenteng bola basket. Asya langsung berlari ke sana.
"Arta–Arta berantem!!" Ucap Asya.
Ketiganya langsung membulatkan matanya lalu berlari ke tempat yang Asya tunjuk.
"Stop." Ucap Liam namun masih tak di indahkan.
Liam membanting bola basket yang ia pegang lalu menarik Arta agar melepaskan Erion yang terlihat sudah lemah tak berdaya itu.
"Er!" Asya hendak mendekati Erion namun Arta terlebih dahulu mendorong Liam dan menarik pergelangan Asya.
"GA USAH PERDULI SAMA DIA!!" Sentak Arta.
"Dia–"
"ASYA!!" Arta kembali menyentak Asya lalu mendorong gadis itu ke tembok. Tangan kanannya mencekik gadis itu.
Liam tak tinggal diam, ia menarik Arta lalu memukul wajah laki-laki itu agar sadar. Asya terbatuk. Arta yang melihatnya memejamkan matanya lalu mengusap wajahnya frustasi.
"Tolongin Er, " Cicit Asya menatap Gavin dan Saga.
Gavin beranjak. Laki-laki itu menatap wajah Erion yang terlihat sangat miris. Ia menoleh menatap Saga seolah mengode akan Ia apakan laki-laki itu.
"Panggil ambulans" Jawab Saga.
"Bagus lo gitu?" Tanya Liam menatap Arta dengan tatapan dinginya.
"Dia nyuruh gugurin kandungan Asya!" Geram Arta.
Liam terdiam. Ia meneguk ludahnya lalu melirik ke Asya yang kini tengah terduduk memegangi lehernya.
"Mau gimanapun lo nyakitin dia." Jawab Liam.
"Dia nyetujuin itu." Jawab Arta.
Kini Liam berbalik menatap Asya dengan tatapan bingungnya. Entah siapa yang salah. Kini dirinya benar-benar bingung bagaimana menghadapi situasi ini.
"Lo hamil?" Tanya Liam menatap Asya.
Asya mendongak lalu menggelengkan kepalanya. "Aku belum tau" Jawab Asya.
"Ini masih terlalu dini buat cek, bahkan belum ada tiga minggu dari kejadian itu." Jawab Asya.
"Masih terlalu dini, tapi lo udah Tanya gimana cara gugurinya?!" Jawab Arta.
"Kalo lo mau gugurin, gugurin." Ucapan itu muncul dari mulut Liam membuat Arta langsung membalik Liam agar menatapnya.
"Maksud lo apa?!" Tanya Arta.
"Kalaupun dia hamil, dan anak itu lahir, menurut lo dia bakal bahagia nanti? Ibunya aja ga mau dia hidup." Jawab Liam.
Arta maupun Asya terdiam. Tidak bisa membalas ucapan Liam. Kini Saga, yang sedari tadi hanya mengamati akhirnya buka suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARTALARIICK
Teen FictionArtalariick Jinggara Sky. Ketua gang motor yang terpaksa menikah dengan gadis yang ia perkosa dalam keadaan tak sadar. "Gue sayang sama lo! Tapi setiap gue liat lo, lo selalu ngingetin bejatnya gue dan ga pantesnya gue bersanding sama lo!" - Artala...