ENAM BELAS

2.2K 236 111
                                    

16. Maaf

"Nggak papa, Mas bisa bilang apapun ke Inka. 'Kan kemarin Mas udah mau dengerin curhatannya Inka."

Mark menatap gadis yang duduk di sebelahnya. Kedua matanya menyipit, dia hanya tersenyum.

"Kamu udah dapet kerjaan?"

Inka sedikit merengut, lalu kembali menormalkan ekspresinya. "Belum. Mas punya lowongan kerjaan gak?"

"Saat ini gak ada, sih. Tapi, gak tau nanti, ya."

Inka mengangguk. Dia juga mau keluar dari desa ini. Dia ingin hidup di kota yang lebih maju.

Bibir tipisnya terus berceloteh, membahas apa saja. Yang diajak bicara hanya diam, memikirkan beradaan istrinya yang entah di mana. Mark sudah mencarinya, tapi tidak ketemu. Dan hampir sore, Mark memutuskan untuk pulang. Tapi, Jaemin belum pulang.

"Mas," Inka memanggilnya. Dia menggenggam tangan Mark lembut, "Jangan khawatir, semuanya pasti baik-baik aja. Istrinya Mas juga pasti pulang kok, bentar lagi pasti pulang."

Mark memandang wajah cantik Inka yang memberikan tatapan teduh dan senyuman penuh yakinnya. Mark melepaskan genggaman tangan Inka.

"Saya ngerti. Dan tol—" ucapan Mark terhenti saat melihat Jaemin sedang menatapnya sembari berjalan. Mark bangkit, "Inka, saya pergi. Istri saya pulang."

"Ah, iya, Mas." Inka menatap Mark yang berlari menyusul Jaemin.

"Jaemin!" panggil Mark, dia mensejajarkan langkahnya dengan Jaemin. "Kamu ke mana aja? Aku cariin ke mana-mana tapi nggak ketemu. Aku khawatir."

Jaemin meliriknya, "Iya? Oh, bukannya tadi gandengan sama itu cewek."

Kelopak mata Mark naik. Dia menggeleng keras, "Enggak, Jaemin, itu bukan seperti itu. Inka yang pegang duluan. Aku gak ada niat apapun, aku juga gak ceritain apapun."

Jaemin memilih untuk tidak membalas apapun. Dia melangkah lebih cepat. Ingin mandi karena tubuhnya sudah tidak nyaman.

"Jaemin, maafkan aku. Tapi, kalau kamu berpikir negatif, aku beneran gak ngelakuin itu."

Saat sampai rumah, Jaemin segera ke kamar mandi. Dia menutup pintunya dan segera dia kunci. Mark tetap berdiri di sana, mengetuk pintunya pelan.

"Maaf udah buat kamu salah paham, tapi aku beneran gak selingkuh. Aku bukannya alasan ke warung buat ketemu dia, tapi kadang aku bener-bener pengen keluar. Pengen teh atau kopi tiba-tiba."

Jaemin menyenderkan punggungnya ke pintu. Dia bisa mendengar jelas suara Mark.

"Inka curhat tentang hidupnya, dan aku gak tega ninggalin gitu aja. Kadang aku nemenin cuman setengah jam, tapi aku serius ada orang lain di warung."

Mark berucap frustasi. Keningnya dia tempelkan di pintu kamar mandi.

"Maafkan aku, aku minta maaf karena sudah menyakitimu, Jaemin. Tapi, kamu tau kalau aku hanya mencintaimu."

Jaemin mendongak. Kedua matanya memanas. Ingin menangis. Bertahun-tahun kisah asmaranya dengan Mark, baru kali ini mereka dihadapkan dengan tuduhan selingkuh. Dan Jaemin tidak ingin percaya. Dia takut. Jaemin begitu mencintainya, sangat.

"Aku tidak akan pergi kalau tidak bersamamu, sungguh." Mark masih berbicara, dia menggigit bibir bawahnya. "Aku tidak ingin ini terlalu jauh, jadi tolong untuk memarahiku karena sudah membuatmu berpikir macam-macam, Jaemin."

Tidak ada balasan apapun. Hanya kebisuan yang Mark dapatkan. Dia tercekat. "Jaemin, sayang. Aku mencintaimu."

oOo

EPHEMERAL » MARKMIN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang