TIGA BELAS

2.2K 213 7
                                    

PART INI MENGANDUNG KONTEN DEWASA!

🔞🔞🔞


13. Julid (2)

"Udah sembuh? Pusingnya masih? Kalau masih pusing, istirahat aja. Aku masih bisa beli makan."

Jaemin menggeleng. "Pusingnya tinggal dikit, gak papa kok." balasnya sembari berdiri, "Udah gak muter-muter lagi. Udah gak papa."

Mark memperhatikan wajah Jaemin, masih pucat juga. "Kamu masuh pucet loh, udah di rumah aja. Kalau mau beres-beres, mending gak usah. Mentok masak aja gak papa."

Jaemin tersenyum mendengar Mark yang terlihat cerewet. "Iya, nanti aku masak. Tapi, emang kamu belanja?"

"Enggak, sih, hehe." Mark nyengir, "Tapi, di sono ada bayam loh."

Jaemin mengerjap. Dia menatap ke arah yang Mark tunjuk, "Maksudnya, bayam liar, begitu?"

"Iyalah." balas Mark, dia mengerutkan alisnya. "Eh tapi, apa gak bahaya kah? Aku gak pernah makan bayam langsung dari alam."

Jaemin menjentikkan jarinya, "Jadi, gak usah. Ayo belanja aja. Seharusnya siang ini, warung masih ada sayur." balas Jaemin, dia mengucapkannya semeyakinkan mungkin.

Mark diam. Berkedip beberapa kali, lalu membenarkan ucapan Jaemin di dalam hati. "Yaudah ayo, kita masak seadanya."

Dan keduanya berakhir pergi belanja sayur. Udah siang, udah gak bisa berharap banyak kalau sayurnya masih segar. Tapi, ya sudahlah. Ujungnya juga dimasak.

"Siangan, Mas, belanjanya."

"Oh! Iya, Bu, Jaemin baru sembuh soalnya."

Jaemin sendiri hanya diam. Melirik sekilas pada tiga ibu-ibu yang masih betah di warung. Jaemin mendengus pelan, dia fokus ke sisa sayurannya.

Demi apapun, Jaemin masih sebel ke ibu-ibu yang kemarin ghibahin dia. Sampai mereka bilang nggak mau punya anak kayak Jaemin, lagian Jaemin juga nggak mau punya orang tua kayak mereka.

"Anak saya tuh, sekarang udah jadi manajer di perusahaan gede. Gajinya gede juga, sekarang dia tinggal nyari istri aja."

"Serius, Bu? Kapan diangkat jadi manajernya?"

"Udah dua bulan lalu, sih. Anak saya baru ngabarin karena kemarin sibuk."

Mulut jujur Jaemin, gatal sekali untuk mengomentari mereka. Dia melirik Mark yang hanya menatap ke warung, tidak memperdulikan para pembicaraan ibu-ibu.

"Iya, jeung? Aduh, pasti setelah ini hidupmu makmur, ya. Nanti kamu pindah dari sini lagi, hidup mewah karena anakmu sekarang jadi manajer."

"Oh iya dong, nanti saya pasti diboyong ke sana."

"Enak banget, ya, tinggal sama anak. Nggak perlu mikirin apa-apa. Apalagi kalau udah ada menantu."

Jaemin menggaruk lehernya pelan. Dia menyuruh Mark untuk membayar belanjaan mereka.

"Anaknya manajer tapi masih susah. Susah buat ngehargain sesama. Menantu juga manusia."

Mark langsung membekap mulut Jaemin yang lebih lemes dari kain. "Diem aja, Jaemin, jangan julid gitu, ah." bisik Mark, dia menerima kembaliannya lalu mengambil belanjaan mereka.

"Apa, sih, ah!" Jaemin melepaskan bekapan Mark, "Aku cuman kasihan ke menantunya itu. Nanti di setir. Abis nikah 'kan diusahain jangan tinggal ama mertua, apalagi kalau mertuanya suka nyinyir."

EPHEMERAL » MARKMIN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang