LIMA BELAS

1.9K 232 38
                                    

15. Pulang

"Ada apa?"

Jaemin mendongak, menatap Mark yang duduk di depannya. Dia menggeleng, "Gak ada. Emang aku kenapa?"

"Jadi diem gitu. Kenapa? Denger julidan tetangga lagi?"

"Tiap hari juga denger."

"Lalu?"

Jaemin menghela napas. Dia meletakkan sendoknya. Tidak bisa menikmati sarapannya dengan leluasa, dan Mark juga terlihat biasa saja. Membuat Jaemin ragu. Beneran? Jaemin takut kalau itu beneran.

"Nggak ada." balasnya, "Udahlah. Aku sarapannya selesai."

"Loh!? Dikit banget, nggak ada abis setengah."

"Aku kenyang."

Mark segera menyelesaikan sarapannya. Meminum airnya lalu dia mengambil piring milik Jaemin, membawanya menuju tempat Jaemin berada sekarang.

"Kamu makannya dikit banget, abisin."

"Aku kenyang, Mark."

"Bohong banget. Abisin dulu, baru nanti kamu boleh jajan."

"Mark—"

Mark segera menyuapkan nasi ke mulut Jaemin, "Aku suapi agar cepat habis."

Jaemin mendengus. Dia mengunyah makanannya. Duduk di teras, memandang lurus ke arah hutan. Memikirkan ucapan si ibu-ibu berdaster bunga. Memikirkannya membuat perut Jaemin mual, tidak bisa membayangkan kalau Mark benar-benar selingkuh.

"Jaemin," Mark baru akan menyentuh pipi Jaemin, istrinya itu sudah menepisnya. Mark terdiam, mereka sama-sama terdiam.

Jaemin menatapnya. Dia merebut piringnya. "Aku mau cosplay jadi ibu-ibu yang ngajak makan anaknya sampai ujung komplek." balasnya lalu turun. Memakai sendalnya lalu berjalan meninggalkan suaminya.

Mark menatap punggung Jaemin. Istrinya itu berjalan tidak tentu arah, memakan sisa sarapannya yang tadi niatnya akan disuapi oleh Mark.

Kenapa?

Jaeminnya kenapa?

Mark menatap tangan kanannya yang tadi ditepis oleh Jaemin. Biasanya Jaemin melakukan itu kalau lagi ngambek, ekspresinya jelas terlihat kalau dia lagi kesal. Tapi, sekarang tidak sama sekali. Lalu Jaemin kenapa?

Bruk!

Kedua mata Mark terbelalak saat melihat Jaemin jatuh tersungkur ke depan. Mark segera berlari mendekati Jaemin. Membantu Jaemin untuk bangkit.

Melihat kedua mata Jaemin yang berkaca-kaca dan tubuhnya yang kotor karena tanah, membuat Mark tidak tega. Apalagi saat dia melihat kedua lutut Jaemin terluka.

Isak tangis Jaemin mulai terdengar. Dia bukan menangis karena jatuh. Tapi, karena sejak pagi dia menahan dirinya untuk tidak memangis. Dan karena jatuh, Jaemin memanfaatkannya.

"Kan, anak jatuh waktu makan juga hal biasa." Mark mengambil piring dan sendoknga baru menarik lembut Jaemin untuk berdiri. "Udah gak papa, cuman luka kecil."

Isak tangis Jaemin semakin terdengar. Dia mencengkram celana pendek yang dikenakan. Air matanya turun deras, membasahi pipi bulatnya yang memerah dan kotor karena tanah.

"Jaemin, astaga." Mark segera membawanya ke dekat sumur. Membasuh luka Jaemin dengan air.

"Sakit!" Jaemin terisak keras, dadanya naik-turun. Rasa perih di lututnya tidak sebanding dengan rasa sakit di hatinya. Rongga dadanya terasa begitu sesak. Membuat Jaemin kesulitan bernapas.

EPHEMERAL » MARKMIN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang