SEMBILAN

2.1K 220 16
                                    

09. Program Bayi

Sejujurnya, di sini, Jaemin itu suka malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejujurnya, di sini, Jaemin itu suka malam. Suasananya terasa begitu berbeda, membuat Jaemin merasa begitu ketenangan.

Seperti apa yang Jaemin lakukan sekarang. Dia duduk di luar dengan tubuh terbalut hoodie kebesaran miliknya. Memegang lilin kecil di kedua tangannya.

Walaupun angin yang berhembus membuat Jaemin merasa kedinginan, itu tidak membuat Jaemin memutuskan untuk masuk. Jaemin tetap duduk di teras, menikmati musik yang dinyanyikan oleh alam.

Suara gemersik daun menjadi favorite Jaemin. Selama di tempat kelahirannya, Jaemin nyaris tidak pernah mendengar suara gemersik air. Hanya suara kendaraan transportasi yang berlalu lalang.

Bukan hanya itu, Jaemin juga suka mendengar suara aliran sungai, hewan-hewan malam. Tapi, tidak dengan suara burung hantu dan gagak. Itu menyeramkan, menurut Jaemin. Walaupun tetap, yang paling menyeramkan adalah apa yang ada di gudang.

Lilin yang Jaemin pegang, dia letakkan di sebelahnya. Beralih mengambil buku dan penanya. Membuka lembar yang masih kosong. Mencoretkan tinta penanya di sana, membentuk sebuah sketsa kasar.

Semasa SMA, Jaemin jadi ingin apa aja. Semua hal dia coba. Dari belajar menggambar, memasak, olahraga dan sejenisnya. Apa yang membuatnya tertarik, akan dia lakukan. Menghamburkan uang orang tuanya untuk ikut kelas lain di luar jam sekolah bahkan jam kuliahnya.

Yang paling lama dilakukan, sih, memotren. Di sini ada banyak hal untuk koleksi fotonya, tapi karena dia gak kepikiran bawa kamera, jadilah Jaemin hanya bisa menyesal. Makanya Jaemin memutuskan untuk menggambarnya.

Ngomong-ngomong, Mark lagi pergi. Diajak sama bapak-bapak buat kumpulan buat jadi satpam. Soalnya ada yang bilang, maling berkeliaran. Jaemin kira ini kampung aman, anti maling dan sejenisnya. Hanya ada hantu, tapi ternyata maling juga ada.

Untungnya rumah Jaemin masih bisa dikunci. Masih aman. Apalagi Mark dan Jaemin cukup mudah terbangun.

Jaemin menghentikan tangannya. Mengambil gelas tehnya dan menyesapnya pelan, memperhatikan gambarannya. Nggak bagus-bagus banget, tapi seenggaknya tidak mirip cacing kepanasan.

Kepala lelaki Na itu naik saat dia mendengar suara langkah kaki. Jaemin menyipitkan kedua matanya. Dia minus, kebanyakan main hp soalnya.

Jaemin berkedip, merasa tidak ada siapun. Lalu, tadi siapa?

Dia menggeleng, memilih abai.

Tak lama, Mark pulang. Dia membawa sesuatu di tangannya. Jaemin menutup bukunya, meletakkan gelas tehnya tepat di atas buku.

"Bawa apa?"

"Martabak manis, mau?"

Jaemin mengangguk. Keduanya masuk ke dalam rumah. Mark memberikan apa yang dia bawa ke Jaemin, barulah mengunci pintu dan jendela.

EPHEMERAL » MARKMIN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang