SEPULUH

2.2K 225 24
                                    

10. Nangis

 Nangis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wah!"

Jaemin memekik senang, dia melepaskan sendal yang dipakainya. Mengangkat sedikit celananya lalu dia memasukkan kedua kakinya ke dalam aliran air.

Ini Mark ngajak Jaemin buat piknik ala-ala. Bosan di rumah, jadilah mereka pergi. Menyusuri hutan dan berakhir di sebelah sungai kecil yang sepertinya pecahan sungai utama.

Layaknya anak kecil, Jaemin bermain-main. Melompat-lompat pelan, atau menendang air membuat sekitar mereka basah. Juga sedikit keributan yang dia buat.

"Hati-hati, jangan sampai jatuh."

"Enggak~"

Jaemin berjongkok, memperhatikan ikan-ikan kecil yang berenang menjauh darinya. Terganggu dengan apa yang dia lakukan.

"Jaemin, ayo naik sedikit lagi. Sepertinya kita akan melihat seluruh kampung dari atas."

Jaemin menatapnya, dia mengangguk. Mengeluarkan kedua kakinya dai dalam air. Mengambil sendalnya dan beralih mengikuti Mark. Melirik pada bekal yang Mark bawa, Jaemin bukannya tidak mau membawa, tapi Mark melarang. Jaemin cukup membawa tubuhnya sendiri saja.

Keduanya mengobrol ringan, menaiki bukit dengan Jaemin yang memimpin. Mark menjaganya dari belakang, menahan kalau-kalau nanti Jaemin jatuh atau apa. Tapi, semoga sih tidak.

Jaemin menoleh ke belakang, memperhatikan Mark sekilas lalu menatap ke pemandangan di bawah sana. Jaemin berkedip, melangkah mundur dengan perlahan lalu dia berhenti.

"Sampai sini saja."

Mark menurut, dia berdiri di sebelah Jaemin. Ikut melihat apa yang sejak tadi jadi fokus Jaemin. Dia tersenyum.

"Benar-benar hanya bangunan rumah dan alam."

Pohon-pohon tinggi, bunga yang berwarna-warni, langit yang membentang luas dengan awan putih yang menghiasi. Sungai, rumah-rumah yang jaraknya tidak terlalu dekat.

"Ah, ternyata bukan hanya kucing yang menyembuhkan depresiku."

oOo

Jaemin dan Mark berbaring di atas rerumputan. Tangan kirinya terangkat, menghalangi wajahnya terkena cahaya terik matahari.

"Buka mulutnya."

Jaemin menurut, dan Mark langsung memasukkan potongan buah mangga ke dalam mulutnya. Jaemin mengunyahnya pelan. Merasa manis dan sedikit asam yang terasa cukup segar.

"Aku ingin anak perempuan."

"Tiba-tiba lagi?"

Jaemin menghela napas pelan. Dia menurunkan tangannya. Meletakkan tangan kiri di belakang kepalanya, sebagai bantalan.

"Bukan tiba-tiba lagi, tapi aku sedang mempersiapkan sesuatu, kau tau." Jaemin cemberut, dia melirik Mark yang ada di sebelahnya. "Memangnya kau tidak ingin punya anak?"

EPHEMERAL » MARKMIN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang