•Bonus•
oOo
"Bukannya ... baru bulan lalu kamu ganti hp? Kok sekarang udah ganti lagi?"
Jaemin menatap Mamanya yang sedang menggendong Jisung. Biasa. Orang tua lebih condong ke cucu dari pada ke anak sendiri. Itu Jin Ae bahkan dibiarkan menonton tv. Lagi pula, Jin Ae udah 7 tahun, gak mungkin masih digendong-gendong lagi.
"Yang kemaren buat kerja. Salahin aja perusahaan sebelah ngeluarin produk baru." balas Jaemin santai. "Lagian murah kok."
"Heleh. Mama lihat iklannya, dan itu gak murah."
"Murah, Mama. Jaemin 'kan tinggal telanjang doang, dibeliin deh."
Jungwoo mendengus, "Itu sih kamu yang murahan, bukan hpnya yang murah."
Jaemin tertawa. "Ma, murahan ke suami sendiri gak masalah."
Jungwoo memutar bola matanya. Dia menatap Jisung yang malah tertidur. "Jin Ae mau bobo sama Jie enggak? Kita bobo sama-sama."
Jin Ae menoleh, dia mengangguk. "Mau tidur sama-sama."
"Cil!"
Jin Ae menoleh, menatap kakak berbeda 27 tahunnya.
"Beliin jajan dulu, mau gak?"
"Enggak, enggak. Kamu harus tidur siang dulu."
"Skip dulu, jajan yok."
"Istirahat dulu, nanti aja jajannya."
Jaemin mengeluarkan uang dan kunci motornya. Alisnya naik-turun, menggoda sang adik. Jin Ae jadi bingung. Dia mau jajan, tapi Jin Ae juga mau tidur.
"Mau jajan dulu, Mama. Tidurnya abis jajan, biar kenyang."
Jungwoo berdecak. Jaemin sudah bersorak senang, dia bangkit dan segera mengajak Jin Ae untuk keluar.
"Jangan beli es krim!"
"Nggak janji!" Dan ini Jaemin yang membalas.
Giliran udah berdamai, Jaemin dan Jin Ae malah lengket banget.
oOo
"Mana kembaliannya?"
Jaemin berkedip. Dia tersenyum. Celana pendeknya dia lepaskan, menyisakan kemeja yang hanya sebatas setengah paha.
"Sini, Mas, sini. Nanti aku jadi murahan cuman buat Masnya."
Kedua mata Mark menyipit. Memperhatikan tingkah Jaemin yang sok binal, malah jatuhnya tengil. Padahal Jaemin nggak ngapa-ngapain juga Mark terjang.
"Kamu kenapa tengil banget?"
Jaemin yang akan membuka kedua kakinya dengan setengah telungkup langsung terhenti.
"Apa, sih?! Kok malah ngatain tengil? Aku nih lagi menggoda. Binal gitu," balas Jaemin sembari menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga.
Mark berkacak pinggang. Dia tertawa mengejek, "Haha. Ngaceng. Ngakak kenceng."
Jaemin melotot, dia bangkit duduk. "Dari mana kamu tau istilah kayak gitu?!"
"Oh, dari pembaca. Kenapa?"
Jaemin berdecak. Dia kembali membaringkan tubuhnya. "Jangan ngomong gitu lagi. Jelek banget," cibirnya. Sedetik kemudian dia tersenyum, "Ayo, Mas, kita ngabisin 4 ronde."
"Kok 4? 'Kan kamu mintanya 40 juta, jadi harus 40 ronde." kata Mark membuat Jaemin nyaris jantungan.
"Itu namanya pembunuhan. Mana ada ngewe sampe 40 ronde. Kecuali 40 hari 1 ronde."
"Biar adil dong, dedek Romlah."
"Ya enggak! Nanti aku mati, kamu jadi duda."
"Ya aku cari janda lain. Janda lebih pro."
"Oh!" Jaemin mengangguk, "Jadi, kamu pikir aku gak pro? Nggak top gitu?"
"Iya, kamu top. Yang lain beng-beng."
Jaemin mendengus, dia menarik selimut lalu membungkus tubuhnya. "Ya udah, sana ngewe sama janda sebelah aja. Nggak usah sama aku."
"Eh! Nggak bisa gitu dong. Dosa, kalau enggak aku ambil balik hpnya terus aku jual."
Jaemin meliriknya sinis, "Kamu berani?"
"Tentu aja! Enggak."
"Tidur di luar."
"Dedek~"
Jaemin menunjukkan jari tengahnya ke Mark. Suaminya itu mendekat, berbaring di belakang Jaemin.
"Ayo ngefak."
"Mark Lee!"
~oOo~
Manfaatkan tele yang punya 2 nomor ^^
©LisaPutri0503
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL » MARKMIN ✔
Fiksi PenggemarEnggak selamanya, tapi Jaemin merasa hidupnya amat sangat sengsara karena hukuman Papa yang katanya, "Kamu bukan istri baik, makanya Papa hukum". Dan Jaemin hanya mampu mengeluh ke Mark. MARK! Dom JAEMIN! Sub