TUJUH

2.2K 250 34
                                    

07. Top

Sore ini hujan mengguyur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore ini hujan mengguyur. Tidak terlalu deras dan tidak gelap juga. Cahaya matahari masih berkuasa.

Kedua mata bulatnya itu memperhatikan genangan air yang terus bergerak karena hantaman rintik hujan. Jaemin semakin menggenggam kuat gelas tehnya, membuat telapak tangannya terasa hangat. Menjalar hampir ke seluruh tubuhnya.

Lelaki Na itu bergidik pelan saat angin berhembus, membuat bulu romanya setengah berdiri. Jaemin kembali menyesap teh buatannya, baru mengalihkan tatapannya ke penjuru halaman rumah.

"Dingin loh," Mark datang membawa selembar selimut dan gelas teh. Jaemin tersenyum, dia mengangkat kedua tangannya. Membiarkan Mark menutup kakinya dengan selimut. Pria Lee juga mengikutinya.

"Kau berubah alay setelah kembali dari perpustakaan," sambung Mark. Dia menggenggam gelas tehnya dengan kedua tangan. "Katanya kau mirip jamet."

Jaemin dengan gerakan cepat, langsung menoleh ke Mark. "Siapa yang mengatakan itu?"

Mark mengangkat bahunya, acuh. Dia memilih untuk menyesap tehnya, membuat perutnya terasa hangat.

"Buku yang kupinjam, tertulis kalau 'Kalau hidup biasa tidak membuatmu bahagia, maka hiduplah layaknya orang gila'." Jaemin menyenderkan punggungnya, "Orang gila dalam tanda kutip. Punya akal, tapi bebas."

Mark meliriknya, tersenyum tipis untuk sebuah tanggapan singkat. Matanya kembali menatap lurus. Menikmati hujan dengan angin yang berhembus pelan. Suasana yang memang sangat mendukung untuk berbicara dari hati ke hati.

"Tidak ada indomi sama telor setengah mateng," Jaemin meletakkan kedua tangannya di atas paha. "Orang bilang, itu adalah sesuatu yang membuat perasaan bahagia."

"Memang. Kamu gak pernah coba?"

"Enggak. Mama selalu ngontrol makananku, dan itu terbawa sampai sekarang. Walaupun selama di sini, makanan kita kayaknya gak sehat, deh."

Pantas saja Jaemin kalau gofud seringnya sayur. Jarang yang junkfood atau apapun itu. Jaemin lebih sering memesan makanan rumahan.

"Rugi deh, kamu ini. Mau aku beliin mie instan gak? Telor di rumah ada."

"Gak usah, deh. Kapan-kapan aja. Lagian gak ada payung juga, kamu mau hujan-hujanan mau emang?"

"Ya gak papa, biar kamu ngerasin indomi sama telor setengah mateng."

Jaemin tetap menggeleng. Tidak mau membuat Mark pergi hujan-hujanan karena Jaemin tidak mau membuat suaminya sakit.

"Tadi ngobrolin apa aja sama Mama?"

"Biasa aja. Bilang kangen sama ini-itu."

Jaemin menyesap tehnya kembali. Memperhatikan dedaunan yang bergerak karena tetesan air atau angin yang berhembus. Membuatnya dedaunan terdengar gemersik. Melodi indah alam yang tidak dapat dibantah.

EPHEMERAL » MARKMIN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang