TIGA

2.7K 290 15
                                    

03. Laba-laba

Jaemin diam, memegang sapu di tangannya. Untuk pertama kalinya Jaemin akan menyapu lantai. Biasanya dia memakai vacuum cleaner, tapi sekarang dia malah memakai sapu ijuk.

Pandangannya menatap sapu dan lantai kayu yang dia injak. Sore ini, Jaemin memang kedapatan menyapu dan nanti Mark yang akan mengepel.

"Kenapa diem, sih? Disapu lantainya, nanti aku yang ngepel."

Jaemin menghela napas, dia berniat menyapu dari belakang ke depan.

"Loh? Mau ke mana?"

"Ke belakang. Nyapu, Mark."

Mark mengernyit, "Dari depan ke belakang, Jaemin. Bukan dari belakang ke depan." balasnya.

"Kan sama aja nyapu lantai, nggak ada aturan nyapu dari belakang ke depan atau dari depan ke belakang."

Mark menghela napas, dia menunjuk ke ruang tamu. "Dari depan teras, mulai dari sana terus sampai ke belakang."

Jaemin berdecak, dia melangkah menuju ruang tamu dengan langkah kesal. "Lagian sama aja juga," gerutunya kesal. Jaemin memulai dengan menyapu teras.

Yang Jaemin lakukan, dia hanya menyapu bagian yang dia lihat. Tapi, karena tidak banyak barang jadi ya Jaemin sapu semua.

Seperti sebelum-belumnya, kali ini pun Jaemin banyak drama. Seperti mengeluh tangannya pegel, harus bolak-balik disapu lantainya atau saat tidak bisa melakukannya dengan bersih.

"Hanya menyapu, jangan mengeluh."

Jaemin rasanya mau menendang apapun yang ada di depannya. Kenapa Mark begitu menyebalkan?!

Dan akhirnya, Jaemin selesai menyapu sampai area dapur dan membuangnya ke area halaman belakang. Jaemin menghembuskan napasnya pelan, meletakkan sapunya untuk menyender di tembok. Dia menatap tangannya yang memerah dan sedikit berkeringat.

Decakannya terdengar. Dia menutup pintu belakang, melihat Mark yang sudah menyiapkan kain dan seember air yang sudah diberi cairan pel. Jaemin mengernyit, dia menatap Mark yang mengepel menggunakan kedua tangannya, lalu didorong ke depan.

"Kenapa kau melakukannya seperti itu?" tanya Jaemin bingung.

"Lalu harus seperti apa? 'Kan gak ada alat pel."

Jaemin diam, Mark melakukannya bolak-balik. "Yang ada, pinggangmu sakit, Mark."

"Ya mau gimana lagi?"

Jaemin menoleh ke kanan kiri, dia lalu berjalan keluar rumah. Mencari kayu yang bisa digunakan untuk gagang pel. Dia berjalan menuju gudang, membuka pintunya yang terdengar berderit.

Belum sempat masuk, Jaemin sudah lebih dulu menutup pintunya kembali. Jaemin bergidik, dia akhirnya memilih untuk berkeliling rumah. Dan dia mendapatkan dua batang kayu. Jaemin mengambilnya, membersihkannya sedikit dari tanah yang menempel.

Jaemin membuat dua batang kayu itu jadi seperti alat pel. Diikat seadanya lalu kembali ke rumah.

"Nah, pakai ini saja. Yang ada pinggang Mark encok nanti."

Mark mendongak, melihat alat pel ala kadarnya yang Jaemin buat. Mark bangkit, dia tersenyum. "Akalmu jalan untuk bertahan hidup, ya."

Jaemin menyipitkan kedua matanya, "Berisik!" sinisnya lalu berjalan meninggalkan Mark yang hanya tertawa.

"Sayang, nanti cari kayu, ya. Biar kita bisa gunain perapian."

Langkah Jaemin terhenti. Dia mengerjap. "Cari kayu?" beonya pelan, "Perapian?"

EPHEMERAL » MARKMIN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang