8. Pertengkaran Pertama

196 15 3
                                    

❝Udah bangun? Biar kuantar pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❝Udah bangun? Biar kuantar pulang.❞

🦋

RUHI BERJALAN DENGAN tatapan kosongnya di jalan. Ia tak tau apa tujuannya berjalan begini. Dirinya hanya sedih melihat Arshell bersama rekan Dokternya.

Padahal baru saja ia menjalin hubungan dengan pria itu. Tapi malah hal ini yang lihat.

Brash!

Mendadak, hujan turun. Ruhi pun terkejut. Mengapa hujan harus turun sekarang? Ia sudah berjalan cukup jauh dari rumah sakit.

"Eh?"

Sebuah payung tiba-tiba memayungi dirinya. Gadis itu menoleh ke belakang, mendapati seorang lelaki jangkung tengah memayunginya.

"Ga-Gara?" kaget Ruhi. Sang lelaki pun menghela napas.

"Kau sedang apa di cuaca begini?" tanya Gara.

"Aku hanya... sedang berpikir," cicitnya.

"Pegang ini," Gara meminta Ruhi memegangi payung itu. Setelahnya, Gara membuka jaket yang ia kenakan, dan menyampirkannya pada sang gadis.

Ia pun mengambil kembali payung yang dipegang Ruhi.

"Terima kasih, Gara," ucap Ruhi, "Oh iya, kau sendiri sedang apa?"

"Membeli makanan untuk Bunda," kata Gara, menunjukkan plastik yang sedang dirinya tenteng.

Kebingungan pun muncul di wajah gadis itu. Ia kira sama seperti Arshell, Gara juga punya Koki pribadi mengingat keluarganya yang kaya.

"Ikut aku sebentar. Kau bisa masuk angin," tanpa meminta persetujuan Ruhi, Gara menggandeng lengan sang gadis menuju entah ke mana.

Tak butuh waktu lama, mereka sampai di rumah sederhana. Di teras, Gara meletakkan payungnya dan menuntun Ruhi untuk ikut masuk bersamanya.

"Nggak, Gara. Aku nggak mau masuk," ucap gadis itu.

"Ada orang lain di sini. Kita nggak hanya berdua," lelaki itu meyakinkan.

"Baiklah kalau begitu," Ruhi lantas mengikuti Gara masuk ke dalam.

Sebuah suara pun tampak menyambut kedatangan Gara. Wanita paruh baya dengan paras ayu itu berjalan dari arah berlawanan.

"Ya Ampun, putraku datang bersama pacarnya?" antusias wanita itu.

"Bukan, Bunda. Ia temanku," Gara meluruskan. Yang membuat wanita yang ternyata Ibunya mengangguk paham.

Ruhi yang mendengar hal ini sontak bingung. Bukankah di sekolah, citra Gara adalah anak dari keluarga kaya raya? Bahkan keluarga Gara sudah masuk ke jejeran keluarga terkaya di Negeri ini. Itulah salah satu alasan dirinya bisa terkenal di sekolah borjuis yang Ruhi masuki. Karena dia termasuk si paling borjuis di antara para borjuis.

Dear, Pak Dokter!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang