9. Bimbingan Percintaan

193 9 4
                                    

❝Makanya kalau udah tau Dokter Zafira suka anda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❝Makanya kalau udah tau Dokter Zafira suka anda. Harusnya nggak usah diladenin dari awal.❞

🦋

PAGI HARI SEBELUM SEKOLAH, Ruhi berjalan keluar dari gerbang rumahnya untuk menunggu Gara yang akan menjemputnya. Tapi belum saja berjumpa Gara, ia sudah melihat eksistensi lain di depan gerbang rumahnya.

"Ngapain?" tanyanya dingin pada pria bernama Arshell tersebut.

"Ku antar ke sekolah," ucap Arshell.

"Nggak perlu. Gara dateng sebentar lagi," kata Ruhi seraya mengecek jam di pergelangannya.

"Bunda kamu yang minta tolong aku untuk antar kamu."

"Lalu? Aku udah sama Gara. Nanti aku bilang sendiri ke Bunda."

"Kamu masih marah, Ruhi?"

"Aku males bahas hal ini. Kak Arshell pergi aja sana!" kesal Ruhi, mendorong tubuh Arshell untuk pergi, tapi gagal karena Arshell bisa menahan tubuhnya.

Tin... Tin...

Suara klakson memenuhi pendengaran mereka. Gara datang dengan mobil sedan berwarna biru tua itu.

"Mending anterin Dokter Zafira aja sana," ucap Ruhi.

Ia pun lantas memasuki mobil Gara. Melihat Ruhi pergi, Arshell menghela napas kasar.

Apa yang harus ia lakukan?

***

"Dokter Raydan kok nggak pernah bilang?"

Sekarang, Dokter Elisa, Dokter Raydan, dan Dokter Arshell tengah berada di ruang meeting yang berada di rumah sakit untuk membahas kasus pasien.

"Bilang apa Dokter Elisa?" heran Raydan.

"Kalau Wakil Direktur satu ini ternyata bolot. Harusnya diperiksa ke Dokter THT," Elisa menggeleng-geleng heran.

Raydan pun sontak tertawa terbahak-bahak.

Sedari tadi Elisa sebagai Dokter Spesialis Saraf memang tengah bertanya pada Arshell mengenai prosedur bedah yang akan mereka lakukan, tapi pria itu hanya termenung diam.

"Jangan khawatir Dokter Elisa. Saya tau harus apa," Dokter Raydan lantas menarik kursinya sedikit mendekat ke arah Arshell.

"Eh Ruhi? Kamu datang ke sini? Mau ketemu Dokter Arshell ya?"

Mendengar penuturan Raydan, Arshell sontak berhenti termenung dan menatap ke pintu ruangan.

"Loh mana Ruhi?" bingung Arshell. Beberapa detik setelahnya, ia pun sadar kalau telah ditipu dan menatap nyalang pada Raydan.

"Dokter Arshell jangan marah sama Dokter Raydan. Dia cuma mau menyadarkan Dokter Arshell yang diem aja dari tadi," timpal Elisa, menaruh pulpennya di atas meja.

Dear, Pak Dokter!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang