1. Pak Dokter!

312 21 2
                                    

❝Bukannya aku nggak suka dia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❝Bukannya aku nggak suka dia. Cuma...❞

🦋

RUHI MENAPAKKAN KAKINYA di koridor rumah sakit dengan wajah masam. Ketika pulang sekolah tadi, ia mendengar kabar bahwa Arshell dekat dengan rekan sesama Dokternya.

"PAK DOKTER!" teriak Ruhi, membuka ruangan Wakil Direktur dari rumah sakit terbesar di Indonesia itu.

"Apa lagi?" tanya Arshell yang tengah meneliti kasus pasien.

"Pak Dokter..." Ruhi menggantung ucapannya dengan wajah ingin menangis, "Mau nikah?"

Arshell mengernyitkan alisnya. Dari mana lagi Ruhi menyimpulkan hal seperti itu?

"Nikah sama siapa?" tanya Arshell.

"Sama Dokter Zafira," balas Ruhi dengan mata berkaca-kaca.

"Ada-ada aja. Aku sibuk begini, mana mungkin nikah," pria itu memijat pelipisnya.

"Tapi kata Dokter Elisa, Kak Arshell sama Dokter Zafira dekat..."

"Kami nggak dekat. Kami hanya sedang meneliti kasus pasien saja. Lalu, jangan dekat-dekat dengan Dokter Elisa. Dia biang gibah," ucap Arshell.

"Jadi Kak Arshell nggak bakal nikah sama Dokter itu?" raut Ruhi langsung berubah senang.

"Iya. Lalu, ini rumah sakit, jangan panggil aku seperti itu."

"Oke-Oke, tapi, apa Pak Dokter nggak ada rencana menikah? Dokter kan udah di usia menikah. Gimana kalau sama aku?" Ruhi tiba-tiba sudah berada di belakang kursi kebesaran Arshell.

"Nggak. Kamu masih kecil."

"Aku ini udah 17 tahun!"

"Itu masih kecil."

"Jadi kalau udah besar, Dokter mau nikah sama aku?"

"Nggak."

"Ish!" desisnya sebal.

"Jadi kamu ada urusan apa ke sini?" Arshell lanjut melihat laporan di mejanya.

"Aku ditembak," kata Ruhi, membuat Arshell membalikan kursi.

"Ditembak di mana?!" Arshell bangkit dari kursinya, mencengkram kedua tangan Ruhi mencari bekas peluru.

Ruhi hanya terkikik melihatnya. Arshell ini udah tua tapi masih seperti bocah.

"Maksudnya aku di ajak pacaran sama orang," jelas Ruhi. Wajah Arshell memerah malu, ia pun kembali duduk dan berdehem.

"Jadi apa ada urusannya denganku?"

"Pak Dokter nggak cemburu?"

"Ngapain?"

Ruhi mendecih. Memang pria yang sudah ia kenal dari kecil itu tampaknya tak menaruh perasaan apa pun padanya. Tapi,

Dear, Pak Dokter!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang