3. Minggu Bersama Arshell

248 20 6
                                    

❝Jadi kamu lebih suka jalan sama Gara? Dibanding denganku?❞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❝Jadi kamu lebih suka jalan sama Gara? Dibanding denganku?❞

🦋

DI HARI MINGGU, RUHI BERADA di rumah Arshell. Bercengkrama dengan Mama Helga. Membicarakan banyak hal sambil belajar memasak.

"Ruhi, kamu ini sudah cantik, pintar, dan jago masak. Semoga Arshell bisa dapat jodoh kayak kamu," puji Mama Helga, yang membuat Ruhi tersenyum.

Sedangkan Arshell, ia sebenarnya tengah menguping sambil meminum tehnya di meja makan.

"Iya, semoga Kak Arshell bisa dapat jodoh yang baik," ucap Ruhi.

"Dan itu seharusnya aku," lanjut Ruhi dalam batinnya.

"Kamu juga semoga menikah dengan pria yang baik ya Nak. Yang bisa bikin kamu senyum terus, nggak kayak Arshell yang suka bikin kamu kesal," cerewet Mama Helga.

"Apa sih Ma," desis Arshell berbalik menatap ke arah Mamanya.

"Jangan emosian sih Shell."

"Tch," decih pria itu, lalu naik ke lantai atas dengan lift. Mengurus pekerjaan.

***

Arshell memijat pelipisnya melihat berkas kasus penyakit pasien di mejanya. Ia selalu disibukkan dengan pengelolaan rumah sakit dan pengobatan pasien.

"Tumben bocah itu nggak dateng ke ruangan ini sambil teriak-teriak bawa camilan," heran Arshell, fokusnya tertuju pada pintu ruangannya.

Tiba-tiba, pintu ruangannya terbuka membuat Arshell menyunggingkan senyumnya. Tetapi, senyuman itu langsung pudar dalam hitungan detik.

"Mama ngapain?" tanyanya bingung.

"Nih camilan siang hari," kata Helga menaruh nampan berisikan berbagai variasi makanan ringan.

"Tumben bukan Ruhi yang nganter?"

"Kenapa? Kamu pengen dia yang nganter?"

"Ng-Nggak lah! Ngapain banget," elak Arshell dengan cepat yang sukses membuat Helga tertawa.

"Ruhi pulang ke rumahnya, soalnya Lyra ngabarin dia ada di rumah, jadi mereka mau makan di Hotel," balas Helga.

"Hotel? Hotel mana?"

"Hotel kita."

Tanpa babibu, Arshell langsung mengambil jaket dan kunci mobilnya. Ia meluncur untuk pergi menyusul Ruhi. Entah mengapa ia mau menyusul keluarga kecil itu.

Dear, Pak Dokter!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang